31 Januari 2009

Menunggu Kiprah ‘Obamacan’


Judul Buku :Obama: Tentang Israel, Islam, dan Amerika
Penulis : Taufik Rahman, dkk
Penerbit : Hikmah
Edisi : Pertama, Maret 2008
Tebal : xx + 281 halaman
Peresensi : Huzaifah Hamid

Istilah “Obamacan” berasal dai Obama yang berarti pendukung Obama dari Partai Republik (Republican Party). Nama ini semakin populer ketika seorang pengusaha perempuan dari Partai Republik, Rosalind Vantoyl (35), memakai baju kaos dengan tulisan Obamacan, untuk menunjukan bahwa ia sekarang pendukung Obama. Alasanya cukup substansial, karena Obama “telah mengatasi perbedaan, label, dan dogma”, seperi dikutup kolumnis Ellis Cose dari Newsweek, 6 Feb 2008 dalam kolomnya berjudul:”Understanding Obama’s Appeal”.
Cose menyebutkan daya tarik Obama bukan karena pendukungnya paham tentang dia, tetapi lebih banyak karena tokoh ini dipandang menggagumkan, penuh misteri, dan bagus, tetapi juga berada dalam bahaya. Orang belum bisa membayangkanbagaimana nanti, sekiranya Obama memasuki Gedung Putih sebagai Presiden kulit hitam, berurusan dengan jago-jago lobi yang biasa meminyaki roda pemerintahan, dan raja uang yang membeli dukungan politik, tulis Cose yang berkulit hitam.
Proses pemilihan presiden di Amerika adalah sebuah drama politik yang melelahkan, lahir dari sejarah 200-an tahun, dan menjadi “buku panduan” bagi pemilihan presiden negara-negara lainnya. Dan hasilnya, mau tak mau diakui, akan berpengaruh bagi hidup banyak warga bangsa lainnya (antara lain: perang, terorisme, krisis finansial & teknologi yang berasal dari AS ). Namun ada yang membedakan proses tahun ini dibandingkan periode-periode sebelumnya. Tahun ini, pemilihan presiden Amerika Serikat menjadi semakin populer dan ikut diperhatikan oleh banyak orang dari berbagai golongan dan kelas: dari warga anak kecil di Kenya sampai tante-tante di Tegal, dari Hawai sampai Munich . Pemicunya adalah kandidat bernama Barack Obama. Obama bagi banyak golongan adalah simbol sekaligus cermin dan juga fenomena.
Kampanye melawan kandidat Partai Republik, John McCain, jelas bukan hal yang mudah baginya. McCain adalah figur pahlawan AS, seorang veteran perang dari keturunan pembesar Angkatan laut AS (ayah dan kakek McCain adalah admiral), pernah mendekam dipenjara Vietkong dan menerima siksaan komunis Vietnam selama lima tahun. Obama yang relatif jauh lebih muda (47 tahun, Mc Cain 72 tahun) dan minim pengalaman politik (McCain telah menjadi anggota konggres AS sejak 26 tahun lalu). Namun sekali lagi Barack Obama berhasil melalui tantangan didepannya.
Strategi kampanye Obama sejak awal telah mengubah peta dan strategi politik di AS. Kemampuannya mengeksploitasi teknologi dengan memaksimalkan potensi internet dan telepon selular sebagai basis jaringan kampanyenya menjadikannya sebagai kandidat dengan total sumbangan kampanye terbesar sepanjang masa ( 600-an Juta Dolar). Organisasi lapangan yang rapih, efisien dan tanpa lelah menjadikan Obama sebagai kandidat dengan perolehan suara terbesar sepanjang masa. Ia mampu mengubah daerah yang secara tradisional selalu berpihak pada partai musuhnya mengubah haluan. Kemampuannya menampilkan citra pembaharu menginspirasi kaum muda serta menjadikan McCain layaknya tokoh tua yang mulai pikun. Kelihaiannya mengeksploitasi krisis finansial dan kemerosotan ekonomi AS di dunia menjadi senjata yang mematikan yang melumpuhkan John McCain. Pembawaan yang kalem dan matang juga membuat pengalaman dan status pahlawan yang disandang McCain seolah lenyap begitu saja.
Pasca kemenangan Obama atas John Mcain, banyak orang yang berharap banyak bahwa Obama akan mampu membuat Amerika menjadi negeri yang mempunyai hati nurani seperti kata Syafi’I Ma’arif “"Obama punya peluang membuktikan impian menampilkan Amerika sebagai bangsa yang punya hati nurani.” Ahmad Syafi'i Ma'arif, Republika, 29 Mei 2007.
Namun, masih banayk misteri atau pertanyaan bagi Obama sendiri Pertama, apakah Obama, meiliki komitmen yang benar dibandingkan dengan Mccain? Kedua ketika Obama a menjadi presiden Amerika yang baru, akankah ia memiliki kekuatan menjadi presiden seperti yang ia kampanyekan? Ketiga apakah ia berani melawan lobi yahudi yang terkenal sangat kuat dan lebih condong atau berpihak kepada kaum muslim?. Pembahasan tentang pandangan dari Obama, dibahas secara mendalam dalam buku ini.
Di dalam buku ini dibahas jawaban dari ketigapertanyaan diatas. Selain itu buku ini juga mengulas secara mendalam, semua sepak terjang dari seorang Barack Husen Obama dalam segala hal seperti pikiran, ucapan, dan pandanganya mengenai berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat dunia terutama berkaitan dengan perang di Irak, kebencian masyarakat dunia akan Amerika dan masalah yang berkaitan dengan Islam dan Israel. Karena, dalam faktanya perbincangan mengenai sosok Obama sangat penting sebagai panduan bagaimana dalam bersikap jika memang Obama akan terpilih menjadi presiden Amerika.
Dengan membaca buku ini diharapkan masyarakat dapat memahami secara jelas seluk-beluk pemikiran Barack Obama dalam segala hal terutama berkaitan dengan kepentingan masyarakat dunia. Juga bagaimana pandangan dan pikiran Barack Obama mengenai Islam, dan Israel yang menjadi isu hangat dalam berbagai kampanye semua calon presiden.

Read more...

16 Januari 2009

KAMPUNG RELIGI ITU MASIH ADA

Di tengah hiruk pikuk kota Surabaya yang sangat padat dan penuh dengan aktivitas duniawi untuk bertahan hidup dengan segala cara, terseliplah sebuah kampung yang mungkin bisa menjadi oase di tengah gersangnya aktivitas keagamaan warga Surabaya. Kampung itu bernama Lasem Barat Yang terletak di Kecamatan Krembangan dan Kelurahan Dupak.

Mendengar kata Lasem Barat, mungkin pikiran orang akan tertuju dengan wilayah lokalisasi seperti lokalisasi bangunsari dan lokalisasi kremil. Namun, sebenarnya pikiran dari orang-orang tidak salah karena memang faktanya kampung ini diapit oleh lokalisasi bangunsari dan lokalisasi kremil yang memang cukup terkenal di kota Surabaya selain lokalisasi dolly dan jarak. Meskipun diapit oleh lingkungan yang kurang mendukung karena dikepung oleh lokalisasi, namun jangan salah kampung ini tidak terpengaruh sedikitpun dengan keadaan di sekitarnya, malahan kampung ini laksana sebuah sumber mata air di tengah kekeringan yang ada di sekitarnya. Kampung ini berbeda dengan kampung-kampung di sekitarnya karena nilai keagamaan terutama agama islam yang mayoritas dianut oleh warga di sini sangat mendominasi keseharian waga di kampung ini.

Aktifitas keislaman di kampung ini didominasi oleh dua organisasi islam terbesar di Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah, meskipun NU lebih mendominasi di daerah ini namun hal ini tidak menjadi halangan bagi warga di kampung ini untuk saling bekerja sama ketika mengadakan acara keagamaan. Untuk rumah ibadah saja di sepanjang kampung yang tidak terlalu panjang dan dibatasi oleh kali morokrembangan ini terdapat sekitar 4 buah musholla yang dipakai sebagai sarana ibadah bagi warga Lasem Barat untuk menghadap kepada Tuhannya. Khusus untuk acara-acara keagamaan, jika anda berkunjung ke kampung ini maka yang anda lihat adalah acara yang bercita rasa desa namun berada di kota kosmopolitan seperti Surabaya. Ketika hari-hari khusus seperti hari keagamaan ini yang anda lihat adlah kegotongroyongan dari segenap warganya tidak mengenal iu tua, muda, anak-anak semuanya ikut menyukseskan acara tersebut, semua identitas seperti partai, organisasi dilepaskan semuanya untuk menyukseskan acara-acara seperti keagamaan, khas seperti masyarakat desa yang sudah jarang diketemukan di kota besar seperti Surabaya yang sepertinya sudah terjangkit jiwa individualistis pada warganya.

Tidak hanya pada hari-hari besar saja muncul jiwa kereligiusan dari warga namun hampir setiap aspek kehidupan dari warga di Lasem Barat sudah sangat kental dengan nilai-nilai agama islam meskipun tidak terlalu kentara seperti daerah-daerah yang memang sejak dari awal sudah bernafaskan agama islam seperti ampel yang merupakan daerah yang berdekatan dengan makam sunan ampel salah seorang walisongo yang memang sangat terkenal sehingga daerah itu pun kental dengan islam, daerah Lasem Barat ini benar-benar unik karena meskipun jauh dari tempat-tempat yang menjadi symbol-simbol keagamaan, malahan daerah ini diapit oleh symbol-simbol kemaksiatan namun tetap warganya serius menjalankan perintah agama bahkan boleh dibilang dalam beberapa hal bisa melebihi daerah-daerah yang banyak terdapat simbol-simbol agama.

Namun sayang, kini saya tidak lagi sering berada di kampung Lasem Barat karena seleas SMA saya harus melanjutkan kuliah di kota Malang, namun sesekali saya juga sering pulang ke Surabaya dan berada di kampung Lasem Barat yang benar-benar mengajarkan saya tentang jiwa agama yang benar-benar murni dan tulus ditengah keadaan atau lingkungan sekitar yang sama sekali tidak mendukung untuk menjalankan ajaran agama. Saya hanya terus berharap agar apa yang ada si kampung Lasem Barat saat ini terus terpelihara sampai kapanpun, bahkan kalau bisa pemkot Surabaya menjadikan kampung ini proyek percontohan kampung religi untuk kota Surabaya yang masyarakatnya sudah banyak kehilangan identitas agamanya karena terlalu sibuk dengan pekerjaanya.

*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UMM & Ketua Umum HMJ Biologi UMM

Read more...

05 Januari 2009

Awas Ada Kapang dan Khamir di Makanan Anda

Makanan merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan untuk melangsungkan kehidupannya. Namun, makanan dapat menjadi sumber penyakit jika tidak memenuhi kriteria sebagai makanan baik, sehat dan aman. Berbagai kontaminan dapat mencemari bahan pangan dan pakan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Fungsi makanan yaitu menjaga keberlangsungan hidup dan menjaga agar makhluk hidup sehat lahir dan bathin. Selain itu, kualitas makanan yang dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan perilaku makhluk hidup itu sendiri. Oleh karena itu, setiap makhluk hidup selayaknya berusaha untuk mendapatkan makanan yang baik seperti dinyatakan dalam FirmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya saja kamu menyembah” (QS Al-Baqarah: 172). “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya (QS Al- Maidah: 88). Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan yang dikonsumsi harus baik ditinjau dari segi fisik dan psikologis, karena kualitas makanan berpengaruh terhadap kualitas makhluk hidup, terutama manusia.
Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa (Carlile & Watkinson 1994). Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota (Hibbett et al. 2007). Carlile & Watkinson (1994) menyatakan bahwa jumlah spesies fungi yang telah teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000 spesies, dengan perkiraan penambahan 600 spesies setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Menurut Moncalvo (1997) dan Kuhn & Ghannoum (2003), sebagian besar spesies fungi terdapat di daerah tropis disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis yang hangat dan lembab yang mendukung pertumbuhannya. Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh pada substrat yang mengandung sumber karbon organik (Carlile & Watkinson 1994).
Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis). Lebih dari seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae, yang dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, dan bir sejak ribuan tahun yang silam dalam bentuk ragi.
Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang dan kahamir terutama akan menyerang saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan gangguan kesehatan yang paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem imun tubuh yang menyerang spora yang terhirup (Curtis et al. 2004; Mazur et al. 2006). Penyakit lain adalah infeksi kapang pada saluran pernapasan, atau disebut mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang umum adalah Aspergillosis, yaitu tumbuhnya kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan (Soubani & Chandrasekar 2002). Selain genus Aspergillus, beberapa spesies dari genus Curvularia dan Penicillium juga dapat menginfeksi saluran pernapasan dan menunjukkan gejala mirip seperti Aspergillosis (Mazur et al. 2006).
Selama penyimpanan, makanan atau bahan makanan sangat mudah ditumbuhi oleh kapang. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia dengan curah hujan, suhu dan kelembaban yang tinggi sangat mendukung pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin. Kontaminasi mikotoksin tidak hanya menurunkan kualitas bahan pangan/pakan dan mempengaruhi nilai ekonomis, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Berbagai penyakit dapat ditimbulkan oleh mikotoksin, seperti kanker hati yang disebabkan oleh aflatoksin, salah satu jenis mikotoksin yang paling banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Karena adanya kontaminasi mikotoksin tidak kasat mata, terlebih lagi pada makanan olahan, maka diperlu kewaspadaan dalam memilih makanan terutama bahan makanan atau makanan olahan yang telah disimpan dalam waktu lama. Oleh karena itu masihkah anda tidak waspada terhadap makanan di rumah anda?

Read more...

01 Januari 2009

MENCARI SOSOK MAHASISWA MUSLIM NEGARAWAN DALAM RANGKA METAMORFOSIS PEMIMPIN MASA DEPAN INDONESIA

Hakikat Negarawan

Istilah negarawan (statesman) merupakan istilah yang cukup populer. Secara ensiklopedis seorang negarawan biasanya merujuk pada seorang politisi atau tokoh yang berprestasi (berjasa) satu negara yang telah cukup lama berkiprah dan berkarir di kancah politik nasional dan internasional (a statesman is usually a politician or other notable figure of state who has had a long and respected career in politics at national and international level). Tokoh yang berjasa (worthy) pada bangsa/negara tentu merupakan tokoh yang mengabdikan pikiran dan tenaganya bagi kemajuan dan kemakmuran bangsanya.
Negarawan adalah orang yang berjasa dan berkorban demi bangsa dan negaranya, tidak memandang apa latar-belakang politiknya. Idealnya, ketika kader partai, kemudian terpilih menjadi pejabat negara, maka berlakulah adagium ketika tugas negara dimulai, maka kepentingan politik berakhir Artinya, seorang pejabat negara harus berkonsentrasi untuk mengurus negara dengan benar, walaupun tanpa harus menghapuskan identitas latar-belakang politiknya sama sekali. Karena, identitas politik seorang politisi (negarawan) senantiasa melekat padanya. Yang penting, seorang pemimpin politik yang negarawan adalah yang paham betul skala prioritas: mana yang lebih didahulukan (kepentingan bangsa/negara lebih luas) dan yang tidak. Sebagaiman dikutip dari Filosof Aristoteles, bahwa seorang negarawan memiliki karakter moral yang pasti, di mana para pengikutnya dapat meneladaninya dengan sepenuh hati. Seorang negarawan adalah yang memiliki watak yang baik dan senantiasa menjaga citra dirinya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Deskripsi Muslim Negarawan

Profil muslim negarawan dalam definisi risalah adalah muslim yang memiliki basis ideologi Islam yang mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan konsisten, berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa, serta mampu menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan. Ada tiga hal yang merupakan syarat utama munculnya sosok Muslim Negarawan yang memiliki keberpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses perjuangannya diantaranya adalah mereka yang terlahir dari gerakan Islam yang tertata rapi (quwwah al-munashomat), semangat keimanan yang kuat (ghirah qawiyah) dan kompetensi yang tajam.
Dalam upaya membangun capasitas personal (personal capacity building) muslim negarawan, maka perlu adanya pembangunan kompetensi kritis. Secara aplikatif sosok kader muslim negarawan harus memiliki kompetensi kritis yang harus dilatih sejak dini. Kompetensi kritis ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki kader atau mahasiswa yang dirancang sesuai kebutuhan masa depan sebagaimana yang dirumuskan di antaranya sebagai berikut ini: 1) Pengetahuan Ke-Islam-an, Kader harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keislaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana keislaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam. 2)Kredibilitas Moral, Kader memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistensi dakwah Islam. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan manhaj tarbiyah Islamiyah serta implementasinya dalam gerakan (tarbiyah Islamiyah harakiyah). 3)Wawasan ke-Indonesia-an, Kader memiliki pengetahuan yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan komprehensif. Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner. 5)Kepakaran dan profesionalisme, Kader wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan kader dan gerakan menjadi referensi yang ikut diperhitungkan publik. 6)Kepemimpinan,Kompetensi kepemimpinan yang dibangun kader adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang lebih luas. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, kader pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi perubahan.6)Diplomasi dan Jaringan, Kader adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.

Mahasiwa Sebagai Muslim Negarawan
Setelah kita memahami tentang deskripsi profil muslim negarawan, maka pertanyaan radikal yang patut kita lontarkan adalah, dimana letak relevansinya antara muslim negarawan dengan mahasiwa. Relevansi antara keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Dalam kapsitas sebagai mahasiswa islam, Kita memahami bahwa mahasiswa selalu terdepan menanggapi perubahan sosial-politik pemerintahan. Lebih-lebih keberhasilannya mendobrak kebekuan demokrasi untuk kesekian kali, puncaknya kejatuhan "parlemen diktaktoriat" Soeharto dari kursi tahta pemerintahan setelah 32 tahun tiada kekuatan sosial satu pun yang mampu mengusiknya (Nur Elya Anggraini/11/09/04). kelompok mahasiswa revolusioner ini dianggap mewakili sosok ideal pahlawan masa kini. Bukan lantaran penegakan reformasi sekarang ini berjalan tersendat-sendat. Atau, hilangnya idealisme mahasiswa menjunjung kebenaran dan keadilan. Melainkan, latar belakang mahasiswa yang terlibat hedonisme, seks bebas, narkoba dan perilaku-perilaku negative lainnya. Memang benar, tidak ada gading yang tak retak. Artinya, segala sesuatunya pasti memiliki kekurangan dan kebaikan masing-masing. Namun, tidak kita tidak bisa mengagung-agungkan seseorang atau sekelompok orang sebagai pahlawan bila latar belakang kehidupannya penuh diwarnai perilaku negatif. Sebab perjuangan seorang pahlawan tak dapat dipisahkan dari perilakunya. Dikhawatirkan, segala tingkah laku seorang pahlawan seringkali akan diikuti oleh "pemujanya". Apalagi mereka yang sedang dalam proses pencarian jat idiri seperti remaja. Lantas, bagaimana mencari sosok negarawan bagi kaum muda? Idealnya, sosok negarawan nasional-lah yang dapat menjawab pertanyaan ini. Sebab, negarawan nasional umumnya mewarisi karakteristik yang ideal. Ia bertanggung jawab secara moral dan ideologis (agama), menerapkan prinsip solidaritas-etis, berani mempertahankan kebenaran dan keadilan meski dalam kondisi-kondisi yang terjepit,disiplin tinggi serta sadar akan iptek sebagaimana yang dicontohkan oleh Tan Malaka. Nah, dari sini kita diharapkan mulai berhati-hati mencari sosok dan memberikan status pahlawan di kemudian hari. Sebab, pengalaman di era orba (Orde Baru) banyak gelar kehormatan negarawan diberikan begitu saja untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan penguasa. Amat disayangkan, di jaman reformasi ini sedikit sekali perhatian besar pemerintah untuk menelaah kembali gelar kepahlawanan sarat kontroversi itu. Terbukti, niat baik upaya pelurusan sejarah peristiwa-peristiwa besar beserta kehidupan para negarawan nasional belum juga ditunjukkan. Padahal ini sangat penting untuk mendidik generasi bangsa akibat mulai "lunturnya" sosok pahlawan sebagai figur panutan karena pengaruh-pengaruh luar (asing). Akhirnya, tugas penting mahasiswa adalah (kaum muda) adalah mengisi kemerdekaan ini mengingat jerih payah dan pengorbanan pahlawan nasional tiada dibandingkan oleh bentuk apapun. Oleh karena itu, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang cerdas, intelektual, adil dan makmur serta menjunjung supremasi hukum. Sudah semestinya, kaum muda merelakan status simbol kepahlawanannya yng dimilikinya agar tidak terjebak sifat narsistik yang berlebihan. Sebab, bumi pertiwi masih menunggu sumbang asih intelektualisme kaum muda baik langsung maupun tidak langsung.
Bercermin dari Kenegarawanan Para Pemimpin Terdahulu
Sejak kemerdekaan dan sepanjang pengelolaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilakukan, maka sesungguhnya telah banyak tercatat teladan-teladan pemimpin negarawan yang semestinya harus kita tiru dan amalkan. Terhadap para Bapak Bangsa (The Founding Fathers) dan segenap tokoh yang terlibat tidak langsung dalam kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, kita dapat mencatat adanya semangat mereka yang amat luar biasa di dalam mengorbankan kepentingan diri pribadi dan kelompok bagi berdirinya sebuah negara bangsa: Republik Indonesia. Para pendiri Bangsa adalah negarawan-negarawan sejati, yang satu sama lain saling berkoran dan bekerjasama demi hadirnya sebuah bangsa yang lepas dari penjajahan.
Sepanjang era pascakemerdekaan hingga kini, kita telah mencatat beberapa segi baik yang ditinggalkan para negarawan kita, bahwa seorang pemimpin (politik) yang negarawan, memiliki karakter kepemimpinan yang kuat serta komitmen kebangsaan yang tegas; sederhana dan senantiasa berupaya menjadi teladan yang baik bagi yang dimpimpin; mampu memberikan motivasi pada rakyat untuk senantiasa optimis (tidak putus asa) dan mampu memecahkan masalah; mampu mengayomi rakyat secara adil dan tidak sewenang-wenang; dan mampu mengembangkan kerjasama secara sinergis antarelemen politik (sosial) yang ada di dalam masyarakat/bangsa yang majemuk. Sudah semestinya sifat-sifat kenegarawanan para pemimpin kita terdahulu perlu diinternalisasikan ke dalam tiap diri para pemimpin dan calon-calon pemimpin kita saat ini. Bangsa ini butuh keteladanan dan sikap-sikap kenegarawanan yang lain. Mudah-mudahan kita selalu mampu mengambil hikmah dari para pemimpin-pemimpin kita di masa lalu, dan menjadi inspirasi bagi masa depan bangsa.

(Tulisan ini merupakan karya tulis dalam rangka LKTM Student Day UMM 2008)

Read more...

TAUFIK ISMAIL BEGAWAN SASTRA LINTAS ZAMAN

Dalam sejarah kesusasteraan Indonesia modern, Taufiq Ismail dikenal sebagai salah seorang tokoh Angkatan 66 yang memiliki pengaruh cukup popular dalam masyarakat. Penyair yang mempublikasikan puisi pertamanya di majalah Bangkit pada tahun 1954 ini, sampai kini telah menghasilkan ratusan puisi. Sebagia dari puisinya dikumpulkan dalam sejumlah antologi, sebagian lagi hanya dibacakan di depan public atau disiarkan melalui rubric bididaya di berbagi media massa. Buku-buku antologi puisinya dapat diuraikan sebagai berikut: Tirani ( 1966), Benteng (1966), Puisi-puisi sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan Laut (1971). Buku Tamu Musium Perjuangan, Sajak Langit, Puisi-puisi langit sajak ladang jagung 1975, Kenalkan, Saya Hewa (sajak anak-anak, 1976), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.
Meski Taufiq telah menerbitkan banyak kumpulan puisi, dalam perkembangan terakhir ini hanya dua buku antologi puisi yang dikenal secara luas, yaitu Tirani dan Benteng serta Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Fakta ini tampaknya memang berkaitan erat dengan proses kreatifnya. Bahwa ia memang selalu merevisi atau menulis ulang puisi-puisinya dan kemudian diseleksi, selanjutnya dimasukkan ke dalam dua buku kumulan puisi tersebut. Namun, melalui dua kumpulan puisi itu, hamper seluruh perjalanan karya puisi Taufiq Ismail dalam peta kesusasteraa Indonesia telah terwakili di dalamnya. Bahkan, tersirat juga disitu perjalanan hidup, serta ketekunan dan kesungguhanya untuk mengolah potensi diri dalam dunia puisi.
Berkaitan dengan proses kreatifnya dan juga sebagaimana yang sering disampaikan kepada publik, proses penulisan puisi Taufik Ismail lebih mementingkan aspek komunikasi. Dampaknya, dengan cepat pesan dan amanat dapat diterima dan diresapi maknanya oleh pendengar atau pembacanya. Oleh karena itu, tidak sedikit dari puisinya, selalu direvisi dan diperbaiki kembali untuk mencapai aspek komunikasi itu secara masimal. Khususnya, ketika puisi-puisi tersebut hendak dibacakan di hadapan publik, atau dibukukan di dalam antologi puisi karangganya.
Bagi Taufik Ismail puisi adalah sebuah nyanyian, dan ia berniat bernyanyi sampai akhir hayat, karena nyanyian yang indah menyenagnkan pendengaranya. Puisi adalah cinta, yamg uas maknanya. Puisi adalah bagian dar keimanan, umtuk menginggatkan diri agar tak lekang mengenang hari akhir yang abadi. Puisi juga merupakan media untuk meratap, menangis, bila kesedihan tak tertahankan. Puisi adalah cara mengecam kezaliman, penindasan, dan kesewenang-wenangan yang terasa buruk dan busuk, seekaligus sebagai saksi dari berbagai peristiwa dalam sejarah. Akhirnya, puisi adalah cara berdoa, cara untuk mengingat serta mendekatkan diri dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.

TAUFIK ISMAIL DALAM TIRANI DAN BENTENG

Seperti yang diketahui bersama, kepeloporan dan ketokohan Taufik Ismail, baik sebagai eksponen maupun sastrawan Angkatan 66, tak bisa dipisahkan dari aktivitas kemahasiswaannya yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Pada saat itu, KAMI bersama organisasi kemahasiswaan lainya banyak melakukan demonstrasi dan protes terhadap praktik-praktik politik pemerintah yang menyimpang dai cita-cita kebangsaan Indonesia. Pada sisi lain, ketokohan Taufik Ismail sebagai sastrawan Angkatan 66, tentu saja karena ia telah melahirkan karya puisi yang baik secara kultural maupun estetis memiliki peran dalam proses pembentukan sejajrah kesusasteran Indonesia modern. Di samping juga karena keterlibatanya dalam menyusu dan menandatangani pokok-pokok pikiran, cita-cita, dan politik kebudayaan yang termaktub dalam Manifes Kebudayaan.
Perjuangan dan ketrlibatan Taufik Ismail dalam berbagai aksi pemuda dan mahasiswa bulan Februari-Maret 1966, telah memberikan inspirasi dan catatan-catatan penting yang kemudian diolah menjadi karya-karya puisi. Puisi-puisi itu pada mulanya hanya disimpan dan menjadi dokumentasi pribadi oleh Taufik Ismail. Namun, karena banya teman-teman seangkatanya yang meminta untuk diterbitkan dan dipublikasikan secara luas, akhirnya lahirlah buku pertamanya yang berjudul Tirani , disusul kemudian Benteng.
Pada tahun 1993, ketika situasi politik kian memanas dan tema-tema puisi di dalam kedua buku itu masih dirasa segar untuk disosialisasikan kepada generasi muda, Yayasan Amanda menerbitkan ulang karya Taufiq Ismail tersebut dalam satu buku kumpulan puisi, Tirani dan Benteng.
Tirani dan Benteng merupakan salah satu contoh kumpulan puisi yang memiliki tema sosial-politik cukup kental. Akhirnya buku tersebut menjadi popular di kalangan masyarakat pembaca sastra. Sebagai buku kumpulan puisi dari karya Taufi Ismail pada tahun 60-an, Tirani dan Benteng memiliki kekuatan yang manpu mempresentasikan politik perlawanan mahasiswa dan pemuda saat itu. Bahkan, puisi-puisi di dalam buku tersebut hamper tidak bisa dipisahkan dari berbagai realitas dan peristiwa demonstrasi, perlawanan, dan perjuanan untuk menentang ketidakadilan, penindasan, dan penghianatan para penguasa.
Contoh puisi Tirani dan Benteng:
PENGKHIANATAN ITU TERJADI PADA TANGGAL 9 MARET
Pengkhianatan itu telah terjadi
Penghianatan itu terjadi pada tangal 9 Maret
Ada manager-manager politik
Ada despot yang lain
Ada ruang siding dalam istana
Ada hulubalang
Serta senjata-senjata
Senjata imajiner telah dibidikan ke kepala mereka
Tapi la la la
Di sana tak ada kepala
Tapi huh u hu
Tak ada kepala di atas bahu
Adalah tempolong ludah
Stopa kantong gandum
Kernjang sampah
Melayang-layang
Ada pernyataan otomatik
Ada penjara dan maut imajiner
Gennerasi yang kocak
Usahawan-usahawan politik yang kocak
Ruang siding dalam istana
La la la
Tempolong lidah tak berkepala
Hu huh u
Keranjang sampah di atas bahu
Angin menerbangkan kertas-kertas statemen
Terbang
Melayang-layang
1996
(Tirani dan Benteng, hlm 144-145)
Kecendrungan Taufiq Ismail untuk menulis puisi kritik semacam di atas merupakan bagian utama dalam proses kreatifnya. Karena itu, ketika kekuasaan Orde Baru menampakan taringnya yang tajam, ia juga tidak bisa diam. Lalu diciptakanlah beragam puisi yang berusah untuk mengingatkan, mengkritik, dan melawan kekuasaan para tiran. Bahkan, sampai karya-karya terakhirnya ketika Orde Baru tumbang dan Orde Reformasi berkembang kecendrungan semacam itu tak pernah hilang dari kesadaan puitiknya.

TAUFIK ISMAIL DALAM MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

Kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia pada dasarnya adalah sebuah teks, baik baik dalm pengertianya yang sempit maupun luas. Sebgai teks, ia merupakan mosaic kutipan, serapan, dan transformasi dari teks-teks lain. Seperti sudah dikemukakan, teks-teks sastra kapan pun diciptakan tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan. Artinya, selalu terdapat konteks, termasuk konteks social-politik, yang menentukan keberadaan teks tertentu.
Sebagai buku kumpulan puisi, dengan sendirinya Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia memiliki kekuatan puitik yang lebih dominan untuk membuat model yang sedekat-dekatnya dengan kehidupan. Sebagai puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia memang jauh dari tujuan menawarkan analisis yang cerdas, tetapi memberikan pilihan-pilihan kreatif tentang berbagai hal yang mungkin akan dan telah terjadi dalam struktur kompleks kehidupan. Oleh karena itu, di dalam dan melaluinya dapat diketahui keadaan, cuplikan-cuplikan kehidupan masyarakat seperti dialami, dicermati, ditangkap, dan direka kembali oleh Taufik Ismail.
Puisi-puisi dalam Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia bukan sekedar reproduksi realitas belaka, melainkan sesuatu yang berpotensi mempertjam dan membuat lebih intens penghayatan pada realitas belakaa. Sepertinya, penciptaan teks-teks kreatif tersebut memang memperoleh dorongan kreatif yang begitu besar dari konteks perubahan social-politik yang tenah berlangsung di sekitarnya. Dengan demikian, salah satu bentuk yang diciptakan Taufik Ismail dalam kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia hakikatnya merupakan genre puisi yang berlawanan. Sejarah sastra Indonesia modern sudah terlalu cukup lama mencatat hal ini. Posisi Taufiq Ismail sebagai pelopor Angkatan 66 sebagaimana dinyatakan Jassin memang cukup beralasan.
Dari berbagai persoalan social yang terefleksi dalam Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, dekadensi moral merupakan persoalan yang paling dominan. Masalah tersebut berkaitan dengan ketidakadilan dalam hokum, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang melanda para birokrat, serta pelanggaran hak asasi manusia, khususnya kekerasan, kekejaman, dan pembunuhan yang dialami rakyat kecil.
Dekadensi moral yang begitu mengejala pada masa Orde Baru menjadi persoalan yang paling memprihatinkan bagi Taufik Ismail. Sejumlah ungkapan seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, selingkuh birokrasi, ideology rupiah, asas tunggal keserakahan, sampai Komisi dalam UUD yang bermakna korupsi merupakan beberapa contoh ungkapan yang dipakai oleh Taufik Ismail untuk menggambarkan “wajah” pemerintahan Indonesia yang memalukan dari segi manpa malu-malu, baik dalam konteks moralitas budaya maupun moral keagamaan. Dengan bahasa yang lugas dan tegas, puisi-puisi Taufik Ismail telah berhasil menggambarkan dekadensi moral yang melanda para pejabat di Indonesia pada masa Orde Baru, yang melakukan aktifitas KKN-nya tanoa malu-malu, sebagaimana tampak dalam kutipan puisi berikut.
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hokum tak tegak, doyong berderak-derak

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor
Satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang
Susah dicari tandingan,
Di negeriku ana lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
Dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara
Hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu.
(Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, hlm. 19-20)
Realitas sosial yang melatarbelakangi puisi-puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia adalah kondisi pemerintahan di Indonesia pada masa Orde Baru, yang dibedkan menjadi masa kejayaan dan akhir pemerintahan Soeharto. Kondisi tersebut ditandai dengan berbagai mmasalah yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang melanda system pemerintahan di tingkat pusat maupun daerah, krisis ekonomi, system pemerintahan yang tidak demokratis, kekerasan dan pelanggaran HAM, demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi, dan kegiatan baca tulis yamg belum membudidaya.
Di samping hal-hal tersebut di atas, sejumlah puisi Taufiq Ismail juga dilatarbelakangi oleh belum berbudidayanya tradisi membaca dan menulis di Indonesia. Persoalan tersebut telah cukup menimbulkan keprihatinan Taufiq Ismail sehingga dia pun mengadakan berbagai macam kegiatan apresiasi untuk meningkatkan minat baca dan tulis di kalangan guru dan siswa di sekolah. Bahkan juga di kalangan perguruan tinggi serta dalam organisasi kemasyarakatan.
TAUFIK ISMAIL, SAJAK-SAJAK ANTI NARKOBA DAN MASA DEPAN GENERASI MUDA
Taufik Ismail sudah sejak lama memiliki perhatian dan bahkan melakukan penelitian terhadap gejala yang membahayakan masa depan generasi bangsa tersebut. Perhatian, kecemasan, dan kekhawatiran Tauufiq Ismail terhadap virus narkoba, dengan sendirinya juga perjuangan untuk melawan dampak negative dari budaya merokok yang lekat pada adiksi nikoton, alkohol, dan narkotika, dapat menyebabkan adiksi lain yang berkisar pada menyebarnya pornografi, VCD biru, tabloid mesum, komik lucah, dan sastra “syahwat”.
Berikut ini petikan puisi yang berjudul “Genderang Perang Narkoba” :
Wahai yang pegang senjata
Berhentilah jadi beking mereka
Wahai para hakim dan jaksa
Sogokan jangan diterima
Wahai seluruh bangsa
Ayo kita gasak mereka…

Kini sudah tiba saatnya
Kita menabuh genderang perang
Perang. Perang. Perang
Lawan jaringan narkoba
Pemodal dan bekingnya
(kompas, 7 November 2000)
Masa depan generasi muda berarti juga menyangkut masalah moral dan mentalitas. Dalam hal ini, Taufiq Ismail member gambaran yang lebih tegas dalam puisi “Aisyah Adina Kita” yang dinyanyikan dengan merdu oleh kelompok music bimbo.
AISYAH ADINDA KITA
Aisyah adinda kita yang sopan dan jelita
Angka SMP dan SMA Sembilan rata-rata
Pandai mengarang dan berorganisasi
Mulai Muharram satu empat satu nol
Memakai jilbab menutup auratnya
Busana muslimah amat pantasnya

Aisyah adinda kita yang sopan dan jelita
Indeks prestasi tertinggi tiga tahun lamanya
Calon insinyur dan bintang di kampus
Bulan Muharram satu empat nol empat
Tetap berjilbab menutup rambutnya
Busana muslimah amat pantasnya

Aisyah adinda kita
Tidak banyak dia berkata
Dia memberi contoh saja

Ada sepuluh Aisyah berbusana muslimah
Ada seratus Aisyah berbusana muslimah
Ada sejuta Aisyah berbusana muslimah
Ada sejuta Aisyah
Aisyah adinda kita
1984
Melalui puisi di atas, Taufiq Ismail mengajak pembacanya untuk membangun kembali nilai-nilai luhur yang telah runtuh. Sasaran utamanya adalah agar generasi muda dapat kembali untuk meneguhkan keimanan, kejujuran, sopan santun, empati pada sesama, hormat pada pendapat orang lain, dan tentu saja menghormati hak asasi pada jiwa dan akal sehat manusia.
Kecemasan Taufiq Ismail terhadap keberlangsungan generasi muda bangsa juga merasuk dalam dunia olahraga. Menurut dia, olahraga itu penting untuk kesegaran jiwa, sehingga tidak sedikit puisinya yang menyoal masalah sepakbola, badminton, tenis maupun jenis lainya. Di satu sisi olahraga memang penting bagi perkembangan jasmani manusia, tetapi tidak semua jenis dan bentuk olahraga mesti di jalankan di negeri ini, salah satunya adalah tinju. Dunia keras olahraga “adu jotos” itu memang memiliki banyak risiko, dan k arena itu Taufiq Ismail pernah menulis puisi hal tersebut, dan kemudian dipublikasikan melalui ruang surat pembaca kompas. Puisi lain yang bernada sama, dan berkait dengan generasi muda dapat disimak melalui kutipan di bawah ini.
YANG MENETAS YANG MELELEH
Demikianlah tetes air mataku kananku
Karena ingat 6 anak muda petinju
Mati berlatih dan bertanding di negeriku
Tidak banyak orang mau tahu
Dan yang tahu melupa-lupakan

Kemudian tetes airmata kiriku
500 petinju Amerika, begitu majalah RING member tahu
Mati bertinju selama jangka waktu 70 tahun lalu
Setiap lima puluh hari mati satu
Menyiarkan ini mana pers mau


Meleleh ingus lubang hidung kananku terasa
Di Madison Square Garden kucecerkan di gerbangnya
Omong kosong ukuran raksasa indah WBC dan WBA
Mana pula olahraga, sejenis itu adu manusia
Lama nian habis-habisan kita bangsa minder ini dikecohnya

Lalu meleleh lubang hidungku sebelah kiri
Kuhapus dengan Koran pagi bergambar Don King ini
Si Rambut Tegak, Penipu Gergasi, Pembunuh dan Bandit Sejati
Di kakinya berlutut para petinju dan promotor satu negeri
Jutaan dollar kontrak ditilep masuk kantong jas kiri sekali
1988
(Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, hlm 128)

TAUFIK ISMAIL PERSEMBAHAN BAGI INDONESIA
Keberhasilan Taufiq Ismail sebagai penyair serta keterlibatanya secara intensif dalam berbagai kegiatan organisasi sosial dan politik, telah membawa dirinya ke dalam kancah perjuangan sejarah sastra Indonesia. Maka, tidaklah mengherankan jika H.B. Jasssin menempatkanya sebagai sastrawan Angkatan 66.
Sesudah pensiun dari Unilever (1990) dan sepulang dari Kairo, Iowa City dan Kuala Lumpur, Taufiq Ismail akif kembali di majalah Horison (1995). Dibantu oleh kawan-kawan Horison, ia menggerakan enam macam kegiatan dengan sasaran dunia pendidikan, yang bertujuan meningkatkan budaya membaca buku, kemampuan mengarang, dan apresiasi sastra, khususnya bagi siswa dan guru SMU dan sederajat,
Taufik Ismail yang tak pernah lelah, baik melalui karya-karya puisi maupun apresiasi, tentu akan menjadi lebih panjang lagi jika ditambah dengan posisi dan peran Taufiq Ismail dalam koxteladi. Oleh kaarena itu, sebagaimana layaknya seorang pejuang, aktifitas social, seniman dan budayawan yang ikut meletakan fondasi kulural dalam konteks ke-Indonesia –an dunia dan karya Taufik Ismail memang layak untuk disebarluaskan, diteladani dan diberi penghargaan, di samping penghargaan sastra yang selama ini telah diterimanya. Setidaknya, menghargai karya dan perjuangan-perjuanganya dalam konstelasi moralitas bangsa, khususnya dalam paya meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap kesusasteraan Indonesia modern.
Gambaran-gambaran yang sudah dikemukakan di atas menunjukan bahwa Taufiq Ismail yang notabenya seorang dokter hewan, memiliki komitmen yang begitu tinggi terhadap pendidikan dan pengajaran sastra. Sudah enam tahun ini gagasan sastra masuk kelas lewat sisipan kakilangit yang ada di majalah Horison tereslisasikan, setiap bulan dengan teratur diterima di sekolah. Misalkan saja, rata-rata dari tiras untuk sekolah 9.000 eksemplar setiap bulan itu, masing-masing dibaca leh 4 orang guru, berarti setiap bulan akan terdapat 36.000 orang guru bahasa dan sastra Indonesia membacanya. Jika saja 50 orang siswa di tiap sekolah membacanya secara bergiliran di perpustakaan.
Sementara itu, dari lima gerakan yang ditanganinya dalam lima tahun ini, yaitu pelatihan MMAS (Membaca, Menulis dab Apresiasi Sastra) dengan sasaran guru, SBSB (Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya) dengan sasaran siswa, SBMM (Sastrawan Bicara, Mahasiswa Bertanya) dengan sasaran mahasiswa, LMKS-LMCP (Lomba Mengulas Karya Sastra-Lomba Mengarang Cerita Penek) dengan sasaran guru, dan SSRI (Sanggar Sastra Remaja Indonesia) dengan sasaran anak usia sekolah, menuru pengakuan Taufiq Ismail ternyata SSB-lah yang paling meletihkan karena melibatkan persiapan lama yang cukup rumi, koordinasi dengan begitu banyak orang dan pihak serta perjalanan jjarak lumayan jauh.
Namun bagi Taufiq Ismail, SSB-lah yang paling membahagiakan. Di kota mana pun diselenggarakan, para siswa sangat antusias. Mereka ingin tahu tentang proses awal ihlam tiba, bagaimana puisi ditulis, cara ceita pendek digarap, kenapa sastra penting dalam kehidupan, dan Taufiq Ismail mencatat adanya 20 hingga 30 buah pertanyaan lain yang sama.
Tentu saja, bukan tujuan Taufiq Ismail agar para siswa menjadi sastrawan. Yang lebih penting adalah bahwa di kemudian hari, mereka akan menjadi lapisan bangsa terpelajar yang membaca buku dan mampu menulis surat, laporan, proposal dan karangan untuk pekerjaan apa pun sebagai sumbangsih pendidikan dan pengajaran sastra. Taufiq Ismail menyadari bahwa yang dilakukan bersama kawan-kawan sastrawanya itu adalah menanam benih. Yang dikembangkan ke tanah ini bibit pohon jati, bertahun-tahun baru tampak hasilnya.
Seluruh paparan diatas pada hakikatnya ingin menunjukan seberapa besar jasa yang telah diberikan Taufiq Ismail (yang notabene seorang dokter hewan) pada dunia sastra Indonesia modern, khususnya di bidang pendidikan dan pengajaran sastra. Perhatian, keseriusan, dan perjuanganya dalam bidang pengembangan apresiasi sastra Indonesia tersebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, rupanya telah diikuti dan diamati oleh sebagian dari Senat Universitas Negeri Yogyakarta. Maka selayaknyalah jika awal 2003, jajaran akademika, Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Yogyakayta memilihnya dan member gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Pendidikan Sastra.

Read more...

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP