31 Agustus 2008

Pembelajaran Berbasis Flash


Kesulitan belajar acapkali dialami oleh para siswa baik itu siswa SD, SMP, maupun SMA. Kesulitan belajar ini hampir mereka dapatkan di hampir semua mata pelajaran baik itu di mata pelajaran IPA seperti fisika, kimia, biologi, maupun mata pelajaran IPS seperti ekonomi, sosiologi dan lain-lain.
Dengan banyaknya kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa, maka banyaklah bermunculan lembaga bimbingan belajar atau kursus yang menawarkan berbagai macam bantuan untuk mengatasi kesulitann belajar dari para siswa terhadap berbagai macam mata pelajaran yang mereka merasa kesulitan untuk mempelajarinya.
Selain munculnya berbagai lembaga bimbingan belajar, para siswa pun bisa memanfaatkan berbagai maam media yang relevan untuk pembelajaran salah satu contoh dari media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran adalah Macromedia Flash. Media flash mempunyai banyak keunggulan dibandingkan media yang sejenis terutama Power Point, beberapa keunggulan dari Macromedia Flash adalah: Program khusus untuk membuat animasi, Banyak fasilitas yang tersedia untuk membuat animasi, terdapat bahasa pemrograman untuk menggerakkan teks atau gambar sehingga terlihat lebih interaktif.
Saat ini mungkin banyak orang terutama siswa dan guru menganggap sulit membuat media pembelajaran menggunakan Macromedia Flash, padahal sebenarnya mudah dan tentunya hasil yang didapatkan terasa lebih menarik. Banyak penelitian atau uji coba yang membuktikan bahwa media flash sangat membantu menarik minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran terutama mata pelajaran yang saat ini dianggap menakutkan seperti Bahasa Inggris, Matematika untuk lebih mempelajari mata kuliah tersebut karena penyajian dengan menggunakan media flash terbukti lebin menarik siswa sehingga ketika siswa sudah lebih mudah memahami mata pelajaran yang diberikan maka hal ini akan berimbas kepada nilai mereka yang nantinya akan meningkat.
Dengan semakin meningkatnya persaingan global dan kecanggihan teknologi maka para guru diharapkan lebih merespon tuntutan ini dengan berlomba memberikan pembelajaran yang bermutu dan menarik kepada siswa salah satunya dengan menggunakan media flash karena media ini mudah dalam membuatnya dan sudah banyak terbukti dapat meningkatkan nilai dari para siswa karena media ini sangat menarik jika digunakan untuk pembelajaran.
Namun, meskipun media yang digunakan semenarik apapun tetaplah semuanya kembali kepada para siswa, seberapa besar niat mereka untuk bisa menguasai mata pelajaran, karena percuma saja meski didukung dengan media pembelajaran yang semenarik apapun tetaplah tidak akan berguna jika para siswa tidak serius untuk mempelajari mata pelajaran tersebut karena media tersebut tidak aka nada artinya, tetapi jika para siswa tersebut sudah mempunyai keingginan yang tinggi untuk mempelajari mata pelajaran tersebut dan juga didukung dengan media pembelajaran yang menarik, aplikatif dan mudah dimengerti oleh para siswa tersebut maka dapat dijamin bahwa nantinya nilai dari para siswa tersebut akan meningkat, terutama juga yang terpenting adalah mutu dari para siswa tersebut akan meningkat dan dapat bersaing. Apalagi saat ini ditengah nilai UAN yang semakin meningkat dan dirasa memberatkan siswa maa tidak salahnya jika para guru mencoba untuk menggunakan media flash dalam pembelajaran mereka, sehingga diharapkan nantinya para siswa aan lebih mengerti dengan mata pelajaran tersebut dan pada akhirnya para siswa akan mempunyai nilai yang tinggi dan lebih penting lagi dapat lulus UAN.

Read more...

Sekolah Gratis (Dimuat di Surya Sabtu 17 Mei 2008)



Sebelum mengadakan pembelajaran dan untuk mengambil hati masyarakat, kami mengadakan nonton bareng film Denias Senandung di Atas Awan.
Siapa bilang negeri yang sedang ribut mengurusi kenaikan BBM ini bebas dari buta huruf? Di Desa Sukosari, Malang Selatan, sebagian besar tak bisa membaca apalagi menulis. Mereka umumnya berasal dari kalangan tua.

Kami yang pernah KKN di desa ini membuat proposal lomba yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti Depdiknas). Proposal ini didikutkan di bidang Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) periode 2008.

Setelah menunggu hampir lima bulan, proposal itu lolos seleksi dan layak didanai Dirjen Dikti. Meski gembira, kami masih harus memutar strategi agar program bisa lancar. Pada tahap awal dibantu seorang guru yang mengajar di satu-satunya sekolah yang ada di Desa Sukosari. Dia guru sekaligus Kepala SD Al Hidayah.

Sebelum mengadakan pembelajaran dan untuk mengambil hati masyarakat, kami mengadakan nonton bareng film Denias Senandung di Atas Awan. Film ini sangat cocok untuk membangkitkan keinginan untuk sekolah. Sayang, karena listrik tak memadai, film ini tak bisa diputar hingga selesai.
Keesokan harinya kami mengadakan lomba khusus untuk anak-anak dengan tema menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus pemberitahuan kepada warga bahwa ada sekolah gratis untuk pemberantasan buta huruf di desa mereka.

Pada waktu pelaksanaan, kami sempat pesimistis melihat peserta yang datang sangat kurang dari target. Namun lama-lama peserta yang datang semakin banyak. Rasanya tak sia-sia kami harus datang ke desa di atas bukit ini.
Melihat warga bersemangat belajar meski dengan susah payah, semua lelah terbayar. Apalagi ketika mereka ikut ujian dan mendapat sertifikat melek aksara. Meskipun program ini telah selesai namun pengalaman yang saya dapatkan di Desa Sukosari membuat terkesan. Warga yang sederhana ini dengan tulus belajar bersungguh-sunggu

Read more...

26 Agustus 2008

Jiwa Bonek di Kandang Aremania (Dimuat di Surya 08 September 2008)


Surabaya merupakan kota tempat aku dibesarkan sejak kecil, meskipun aku tidak terlahir di Surabaya namun sejak kecil hingga SMA kuhabiskan masa-masa indahku di kota pahlawan ini, sehingga kota ini begitu berkesan bagiku. Selain kultur budaya kehidupan yang unik, yang aku paling kagumi dari kota ini adalah militansi dari Bonek. Ya, bonek adalah kepanjangan dari bondo nekat, sebutan untuk para pendukung dari klub sepakbola kebanggan dari masyarakat Surabaya. Dahulu di kota Surabaya terdapat dua klub besar yaitu Mitra Surabaya dan Persebaya Surabaya sehingga warga sempat terbelah, ada sebagian yang mendukung Mitra Surabaya dan ada sebagian juga yang mendukung Persebaya Surabaya, namun seiring hengkangnya klub Mitra Surabaya dari kota Surabaya, maka otomatis satu-satunya klub yang diidolakan warga Surabaya, hanyalah Persebaya Surabaya.
Berbicara mengenai Persebaya Surabaya, maka saya juga bisa dianggap sebagai salah seorang bonek yang sangat mencintai dan mendukung langkah perjuangan dari klub Persebaya. Sejak kecil saya selalu mengikuti langkah perjuangan dari persebaya baik menonton langsung dari dalam stadion, maupun mengikuti perkembangan dari persebaya baik dari media cetak maupun media internasional, pokoknya kalau ada berita tentang persebaya, saya tidak akan pernah ketinggalan, bahkan bisa dibilang militansi saya melebihi orang-orang yang dilahirkan ataupun asli warga Surabaya.
Dimulai dari era seorang Aji Santoso yang kini melatih tim PON Jatim, hingga saat ini tim persebaya yang dikomandani seorang Bejo Sugiantoro, saya selalu intens mengikuti perkembangan dari Persebaya. Banyak suka duka sejak kecil yang saya rasakan selama mengikuti perkembangan klub Persebaya, dimulai dari Persebaya menjadi juara Liga Indonesia yang ke 3, terdegradasinya klub ini ke divisi satu, pengunduran diri dari babak 8 besar liga Indonesia di Jakarta karena alas an keamanan hingga musim ini dimana Persebaya tidak bisa mengikuti Superleague, semuanya saya ikuti, rasakan dan alami.
Gembira ketika melihat persebaya sukses dan sedih ketika melihat persebaya gagal sudah sering saya alami dan rasakan. Hal ini menunjukan bahwa memang saya benar-benar cinta sama Persebaya bahkan cinta saya mungkin seperti emas 24 karat kepada Persebaya. Meskipun saya cinta mati kepada Persebaya namun tetap saya tidak pernah berlaku anarkis ketika persebaya menderita kekalahan, meskipun saya sedih namun saya tetap menerima hal ini sebagai bagian dari konsekuensi adanya sebuah permainan. Meskipun banyak teman-teman bonek saya yang berbuat anarkis ketika melihat tim kesayangganya menderita kekalahan, saya menganggap hal itu hanyalah salah satu bentuk kecintaan mereka kepada Persebaya meskipun sebenarnya hal tersebut salah dan tidak bisa dibenarkan.
Meskipun dahulu terkenal sebagai supporter yang anarkis namun teman-teman bonek saya saat ini sudah banyak sekali bersikap dewasa, saat ini para bonek sudah bersikap dewasa menerima kekalahan dari Persebaya meskipun secara tidak langsung hal ini merupakan efek dari sangsi yang diberikan komisi disiplin PSSI namun saya tetap salut kepada teman-teman bonek yang sudah bisa berubah bersikap lebih dewasa.
Namun sayang semua kenangan indah di atas akan sulit lagi kuulangi terutama menonton pertandingan dari Persebaya langsung dari dalam stadion, hal in karena selepas SMA saya melanjutkan kuliah di kota Malang, sehingga otomatis saya akan jarang menonton pertandingan persebaya langsung dari daan stadion, karena terkendala jarak dan kesibukan kuliah yang menyita banyak waktu saya. Meskipun saya saat ini jarang menonton langsung Persebaya, namun saya tetap intens melihat perkembangan dari Persebaya baik melalui Koran ataupun dari Internet, harapan saya semoga Persebaya bisa menjuarai divisi utama dan masuk ke superleague habitat asli dari persebaya Amin. Bravo Persebaya, Bravo Bonek

*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UMM

Read more...

21 Agustus 2008

Banyak Parpol, Banyak Janji


Partai politik peserta pemilu 2009 membengkak menjadi 44 partai dengan rincian 38 partai nasional dan 6 partai lokal di Aceh. Jumlah ini mengalami kenaikan dari yang sebelumnya hanya 40 partai yang mengikuti pemilu 2009, hal ini terjadi karena ada 4 partai lama yang memenangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk menikuti Pemilu 2009, keempat partai itu adalah Parati Merdeka yang mendapat nomor urut 41, PNUI nomor 42, PSI nomor 43, dan Partai Buruh nomor 44.
Dengan bertambahnya jumlah parpol menjadi 44 parpol peserta pemilu 2009, akan membawa beberapa macam dampak baik yang positif ataupun negatif bagi masyarakat yang akan meilih dalam pemilihan umum 2009. Dampak positif dari banyaknya jumlah partai dintaranya adalah masyarakat akan mempunyai lebih banyak pilihan dalam menyampaikan aspirasinya ataupun masyarakat akan lebih mempunyai banyak pilihan partai manakah yang sesuai dengan hati mereka dan serius memperjuangkan nasib mereka.
Selain mempunyai dampak positif, banyaknya jumlah partai juga akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat, salah satu dampak negatif dengan banyaknya jumlah partai politik banyaknya janji dan bualan yang akan diterima oleh masyarakat. Meskipun semua partai politik tersebut mengaku akan berjuang untuk kepentingan rakyat tetapi tetap saja tujuan akhir dari semua partai tersebut adalah untuk mendapatkan kekuasaan, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan dengan mangatasnamakan membela kepentingan rakyat, namun tujuan akhirnya adalah demi kekayaan pribadi.
Keberadaan parpol yang banyak ini akan menimbulkan berbagai macam “perang janji” yang akan diberikan kepada masyarakat melalui berbagai macam media baik janji melalui media cetak, elektronik, kampanye terbuka dan lain-lain. Dengan kualitas masyarakat Indonesia yang masih rendah dalam bidang pendidikan dan ekonomi dipastikan akan banyak masyarakat Indonesia masih tetap saja akan tergiur dengan berbagai macam janji yang akan diungkapkan oleh partai politik apalagi jika partai politik tersebut berjanji akan mengrametiskan biaya pendidikan, kesehatan, maka hampir dipastikan partai olitik yang menganut paham seperti ini akan lebih populer di masyarakat, namun tetap saja jikalau nanti terpilih para pemimpin partai politik ini akan kembali melupakan janji yang pernah ia sampaikan kepada masyarakat.
Seakan tidak banyak belajar dari kesalahan masa lalu masyarakat Indonesia dari pemilu ke pemilu tetap saja hanya mengandalkan janji dari partai politik selama masa kampanye, banyak masyarakat yang tidak melakukan tinjauan kritis terhadap janji yang diberikan parpol tersebut masyarakat sepertinya hanya diam termangu dan selalu mengiyakan janji partai politik yang ternyata hanya sebatas janji tersebut dan lebih parah lagi banyak partai politik yang justru menjadikan keluguan masyarakat ini sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan pribadi.
Dalam pemilu 2009, partai politik saat ini seharusnya tidak lagi menganut parradigma hanya mengobral janji untuk mendapatkan suara dari masyarakat, karena masyarakat saat ini sudah semakin sedemikian kritisnya untuk memahami janji-janji yang diberikan oleh partai. Masyarakat saat ini sudah tidak lagi mempedulikan janji janji kosong yang diucapkan oleh setiap partai politik di saat kampanye tetapi masyarakat yang sekarang hanya ingin menunggu bukti.
Melihat kecendrungan masyarakat saat ini yang sudah mulai kritis terhadap janji-janji yang diberikan oleh parpol, seharusnya partai politik yang akan berlaga nanti di pemilihan umum 2009 harus melakukan introspeksi dari dalam maupun dari luar partai agar partai yang dia perjuangkan tetap eksis dan tidak ditinggalkan oleh para pemilihnya.
Semua partai politik saat ini harus menyadari bahwa saat ini yang dipilih oleh masyarakat hanyalah partai-partai yang memang serius untuk memperjuangkan nasib masyarakat bukan partai-partai yang hanya mengandalkan tokoh atau juga hanya mengandalkan janji-janji yang hanya kosong belaka. Partai politik saat ini harus lebih banyak berbuat, harus lebih banyak turun untuk membantu berbagai kesulitan masyarakat.
Mengutip sebuah iklan dari salah seorang ketua umum partai politik yang juga akan mengikuti pemilihan umum pada tahun 2009 bahwa “Hidup adalah Perbuatan” maka ajang pemilu yang akan dilakukan tahun depan adalah juga merupakan perbuatan bagi seluruh komponen partai politik jika masih tetap ingin bertahan dan dipilih oleh masyarakat.
Perbuatan dalam hal ini adalah berbuat untuk membantu kesulitan masyarakat, berbuat untuk mensejahterakan masyarakat, berbuat untuk membuat rasa aman pada diri masyarakat dan masih banyak perbuatan-perbuatan lain yang tujuan utamanya adalah untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan dari segolongan masyarakat atau segolongan pihak-pihak tertentu yang nantinya justru akan mencoreng nama baik dari partai politik tersebut.
Sebagai seorang rakyat biasa saya hanya ingin partai politik tetap diperdulikan oleh rakyat, karena kecendrungan saat ini rakyat sudah tidak peduli lagi dengan partai politik atau proses pemilihan umum itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari banyaknya golput dalam setiap pemilihan kepala daerah di Indonesia, hal ini menunjukan bahwa rakyat sudah tidak perduli lagi dengan pemilihan umum, dengan partai politik, ataupun dengan calon-calon pemimpin yang kebanyakan hanya mengobral janji kepada masyarakat. Masyarakat sudah merasa capek dengan semua janji – janji yang diungkapkan dalam masa kampanye, masyarakat hanya butuh adanya perubahan dalam segala bidang, baik itu dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, masyarakat juga hanya butuh pemimpin yang benar-benar bekerja sepenuhnya untuk mensejahterakan rakyat, bukan pemimpin-pemimpin yang hanya bisa berjanji di atas podium dengan janji-janji manis yang seolah memberikan harapan baru ketika ia terpilih nanti, tapi nyatanya ketika sudah terpilih, pemimpin tersebut seakan melupakan janji-janji manis yang ia ucapkan ketika masa kampanye berlangsung. Banyak contoh pemimpin yang ketika kampanye berjanji bagaikan seorang malaikat yang akan membawa perubahan bagi masyarakat namun ketika dia sudah berada di kursi pemimpin atapak itu bupati, gubernur, bahkan residen dia akan lupa terhadap janji janji diwaktu dia berkampanye karena dia sudah larut dalam empknya kursi pejabat.
Oleh karena itu, kepada semua partai politik bebuatlah, bekerjalah sepenuhnya demi kepentingan rakyat, jangan hanya mengobral janji kepada masyarakat, karena masyarakat saat ini sudah lagi tidak menginginkan janji tapi hanya ingin menginginkan bukti perubahan yang dapat dibawa oleh partai politik, jika hal ini dilakukan oleh partai politik, niscaya dukungan dari rakyat akan sendirinya mengalir pada partai politik tersebut. Jika parpol tetap saja hanya mengobral janji dalam mencari dukungan kepada rakyat, maka jangan salahkan jika nanti partai politik tidak akan mendapat dukungan dari rakyat dan juga jangan salahkan jika nanti pemilihan umum 2009 tidak akan diperdulikan oleh masyarakat, karena masyarakat sudah lelah dengan janji.

Read more...

Lebah dan Pengusaha


Di antara makhluk paling memukau di alam ini adalah lebah madu, makhluk mungil yang menghidangkan kita sebuah minuman yang sempurna, yaitu madu yang dihasilkannya.
Lebih Hebat dari Ahli Matematika
Lebah madu hidup sebagai koloni dalam sarang yang mereka bangun dengan sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kantung berbentuk heksagonal atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu. Tapi, pernahkah kita berpikir, mengapa mereka membuat kantung-kantung dengan bentuk heksagonal?
Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah melakukan perhitungan yang panjang dihasilkanlah jawaban yang menarik! Cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sesedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk heksagonal.
Mari kita bandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain. Andaikan lebah membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk tabung, atau seperti prisma segitiga, maka akan terbentuk celah kosong di antara kantung satu dan lainnya, dan lebih sedikit madu tersimpan di dalamnya. Kantung madu berbentuk segitiga atau persegi bisa saja dibuat tanpa meninggalkan celah kosong. Tapi di sini, ahli matematika menyadari satu hal terpenting. Dari semua bentuk geometris tersebut, yang memiliki keliling paling kecil adalah heksagonal. Karena alasan inilah, walaupun bentuk-bentuk tersebut menutupi luasan areal yang sama, material yang diperlukan untuk membangun bentuk heksagonal lebih sedikit dibandingkan dengan persegi atau segitiga. Singkatnya, suatu kantung heksagonal adalah bentuk terbaik untuk memperoleh kapasitas simpan terbesar, dengan bahan baku lilin dalam jumlah paling sedikit.
Hal lain yang mengagumkan tentang lebah madu ini adalah kerjasama di antara mereka dalam membangun kantung-kantung madu ini. Bila seseorang mengamati sarang lebah yang telah jadi, mungkin ia berpikir bahwa rumah tersebut terbangun sebagai blok tunggal. Padahal sebenarnya, lebah-lebah memulai membangun rumahnya dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda. Mereka melanjutkan penyusunan bangunan tersebut sampai bertemu di tengah-tengah. Tidak ada kesalahan sedikitpun pada tempat di mana mereka bertemu.
Lebah juga menghitung besar sudut antara rongga satu dengan lainnya pada saat membangun rumahnya. Suatu rongga dengan rongga di belakangnya selalu dibangun dengan kemiringan tiga belas derajat dari bidang datar. Dengan begitu, kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas. Kemiringan ini mencegah madu agar tidak mengalir keluar dan tumpah.
Berkomunikasi dengan Menari
Untuk mengisi kantung-kantung ini dengan madu, lebah harus mengumpulkan nektar, yakni cairan manis pada bunga. Ini adalah tugas yang sangat berat. Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga. Mendapatkan bunga-bunga ini pun adalah pekerjaan berat tersendiri. Oleh karenanya, koloni lebah memiliki sejumlah lebah pemandu dan lebah pencari makan.
Bagaimana lebah pencari makan menemukan bunga di wilayah yang begitu luas dibanding ukuran tubuh mereka?
Bagaimana mereka menemukan jalan kembali ke sarang tanpa tersesat? Bagaimana mereka memberitahu lebah-lebah lain tentang arah sumber bunga? Tatkala kita berusaha menjawab beragam pertanyaan ini, kita akan sampai pada kenyataan yang sungguh menakjubkan.
Ketika seekor lebah telah menemukan sumber bunga, maka tugas berikutnya dari lebah pemandu ini adalah untuk kembali ke sarang dan memberitahu lebah-lebah lain tentang lokasi di mana ia menemukan kumpulan bunga tersebut. Segera setelah lebah pemandu kembali ke sarangnya, ia mulai memberitahukan lokasi sumber bunga yang ia temukan kepada lebah-lebah lain. Pertama, ia membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit nektar yang ia kumpulkan dari bunga untuk memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Lalu ia memulai tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga. Ia melakukan ini dengan cara yang sangat unik, yaitu dengan tarian. Lebah pemandu mulai menari di tengah-tengah sarang dengan menggoyangkan badannya. Sulit dipercaya, tapi gerakan dalam tarian ini memberikan lebah-lebah lain informasi tentang lokasi sumber bunga. Misalnya, jika tarian berupa garis lurus ke arah bagian atas sarang, maka sumber makanan tepat mengarah ke arah matahari. Jika bunga berada pada arah sebaliknya, lebah akan membuat garis ke arah tersebut. Jika lebah menari ke arah kanan, maka ini menunjukkan bahwa sumber bunga berada tepat sembilan puluh derajat ke arah kanan.
Tetapi ada satu pertanyaan, lebah menjelaskan arah tersebut berdasarkan posisi matahari, padahal posisi matahari terus berubah. Setiap empat menit matahari bergeser satu derajat ke barat, faktor yang mungkin menurut anggapan orang diabaikan lebah dalam penentuan arah ini. Tapi, pengamatan menunjukkan bahwa lebah-lebah ini juga memperhitungkan pergerakan matahari. Ketika lebah pemandu memberitahu arah lokasi bunga, dalam setiap empat menit, sudut yang mereka beritahukan juga bertambah satu derajat ke barat. Berkat perhitungan yang luar biasa ini, para lebah tidak pernah tersesat.
Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga jarak ke tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran memberi petunjuk kepada lebah-lebah lain tentang jarak ini secara akurat. Mereka membawa perbekalan sari-sari makanan yang sekedar cukup untuk menempuh jarak ini, dan kemudian memulai perjalanan.
Perilaku mengagumkan dari para lebah ini telah diuji dalam sebuah penelitian di California. Dalam penelitian ini, tiga wadah berisi air gula diletakkan di tiga tempat yang berbeda. Sesaat kemudian, lebah-lebah pemandu menemukan sumber makanan tersebut. Lebah pemandu yang mendatangi wadah pertama diberi tanda titik; yang mendatangi wadah kedua ditandai dengan garis, dan yang mendatangi wadah ketiga diberi tanda silang. Beberapa menit kemudian, lebah-lebah dalam sarang tampak mengamati dengan cermat para lebah pemandu ini. Para ilmuwan lalu memberi tanda titik pada lebah-lebah yang mengamati lebah pemandu bertanda titik, dan demikian halnya, mereka juga memberi lebah-lebah lain tanda yang sama dengan yang ada pada lebah pemandu yang mereka amati. Beberapa menit kemudian, lebah-lebah bertanda titik mendatangi wadah pertama, yang bertanda garis tiba di wadah kedua dan yang bertanda silang di wadah ketiga. Jadi, terbukti bahwa lebah-lebah dalam sarang menemukan arah berdasarkan informasi yang sebelumnya telah disampaikan oleh lebah-lebah pemandu.
Segala fakta ini hendaknya direnungkan dengan seksama. Dari mana lebah-lebah memperoleh kemampuan berorganisasi yang menakjubkan? Bagaimana seekor serangga mungil yang tak memiliki kecerdasan atau sarana berpikir mampu bertugas sebagai pencari makanan? Bagaimana ia dapat berpikir untuk mencari sumber makanan dan kemudian memberitahukannya kepada rekan-rekan sesarangnya? Bahkan jika ia dianggap mampu memikirkannya, bagaimana ia dapat menciptakan tarian untuk memberitahu yang lain tentang lokasi dan jarak sumber makanan? Bagaimana lebah-lebah dalam sarang mampu memahami arti gerakan dan getaran rumit dari lebah-lebah pemandu ?
Teori Evolusi Darwin yang mengklaim bahwa kehidupan di bumi terjadi secara kebetulan, tak mampu menjawab beragam pertanyaan ini. Segala keahlian khusus lebah ini menunjukkan bahwa Penciptanya telah memberikan semua sifat ini kepada mereka.
Allah menciptakan, dan mengilhami mereka untuk melakukan pekerjaan mereka. Fakta ini dinyatakan dalam Alquran: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 68-69)
Dari berbagai macam keistimewaan lebah diatas dapat disamakan dengan cirri-ciri yang harus dimiliki oleh pengusaha diantaranya:
1. Sabar
Sebagai seorang pengusaha kita harus mengikuti kesabaran yang dimiliki oleh lebah dimana mereka dengan sabar menyelesaikan sarang mereka hingga terbentuk sarang yang didalamnya terdapat madu yang merupakan hasil kerjasama dari lebah secara berkelompok begitu juga seorang pengusaha harus sabar dalam membangun usaha nya karena usaha tidak bisa dibangun dengan mudah dan cepat.
2. Kerja keras
Lebah bekerja keras dalam membangun sarang yang dia miliki bagaimana lebah mennncarinya di bunga satu ke bunga yang lainnya hingga akhirnya terbentuk sarang. Begitu juga dengan pengusaha harus bekerja keras dalam membangun bisnisnya harus membangun dari yang terkecil dahulu dengan sabar kemudian akhirnya akan menjadi usaha yang besar seperti sarang dari lebah yang awalnya kecil lalu menjadi besar.
3. Kerja sama
Lebah dalam membangun sarangnya selalu bekerja sama dengan lebah lainnya dalam satu koloni mereka mempunyai pembagian kerja yang jelas antara lebah yang bertugas mencari madu, melindungi sang ratu dll. Hal ini juga harus dimiliki oleh seorang pengusaha dimana dalam membangun bisnis nya harus bekerja sama dengan berbagai pihak dan ada pembagian yang jelas dalam membangun bisnisnya seperti: ada yang bertugas di bidang pemasaran, keuangan dll. Sehingga bisnis yang ia alami akan menjadi besar.
4. Bermanfaat
Lebah mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia diantaranya, menghasilkan madu, propolis dll. Singkat kata lebah mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Sepert itulah seharusnya seorang pengusaha dia harus berguna bagi semua orang, berguna bagi lingkungan dll. Sehingga bisnis yang ia jalani akan tetap bertahan dan tidak mudah goyah.

Read more...

Problematika Guru


Profesi guru selalu mendapat sorotan dari banyak kalangan. Apakah itu berupa pujian dan sanjungan atau berupa keprihatinan, bahkan tak jarang kritikan-kritikan pedas. Sorotan yang dilontarkan oleh berbagai pihak kepada guru tentu memberi dampak positif maupun negative. Dampak positifnya yaitu membuka mata dan menggerakan hati pejabat penentu kependidikan di lingkungan kependidikan untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi guru dan sekolah.
Dalam membuat atau menetapkan aturan kiranya suara guru perlu didengarkan. Karena sudah barang tentu para gurulah yang mengalami seluruh permasalahan secara langsung. Tidak jarang, guru bersama kepala sekolah banyak mengalami kesulitan dalam upayanya mencerdaskan anak bangsa. Di samping itu, bantuan yang diberikan kepada sekolah belumlah merata. Ada sekolah yang mampu namun mendapatkan bantuan dari berbagai sumber, sedangkan sekolah yang sangat membutuhkan bahkan tidak mendapatkan bantuan sama sekali.sungguh aneh jika bantuan terhadap sekolah hanya berdasarkan lobi-lobi atau kedekatan semata. Semestinya penentu kebijakan, baik pusat maupun daerah, memperhatikan usul dan keluhan pihak sekolah, diikuti pengecekan ke lapangan guna mengumpulkan bahan pertimbangan, untuk selanjutnya membuat skala prioritas, sekolah mana yang lebih mendesak untuk diberi bantuan.
Selain itu, para guru sangat mendambakan penyegaran dengan mengikuti pelatihan-pelatihan guna menambah wawasan, baik pada skala nasional maupun regional. Ini sangat penting agar guru tetap dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan pendidikan. Problem lain yang sering dihadapi sekolah yaitu tidak tersedianya guru mata pelajaran tertentu. Akibatnya terpaksa guru yang tidak memiliki kompetensi mengajar mata pelajaran tertentu. Jika hal ini dibiarkan terlarut-larut tentu akan berdampak negative pada hasil belajar siswa. Dalam hal menetapkan aturan, pemerintah dan instansi terkait hemdaknya tidak terburu-buru. Di samping itu perlu ada sosialisasi sebelum aturan tersebut diberlakukan. Dengan demikian pihak sekolah atau pun guru dapat bernafas untuk mencari langkah-langkah maupun strategi yang akan dilakukan sehinggga aturan tersebut dapat diterapkan secara optimal.
Dampak negatif dari semua masalah ini yaitu bila yang selalu dipersalahkan adalah para guru, dikhawatirkan guru akan menjadi pasrah menerima nasibnya. Padahal kita tahu hal tersebut disebabkan berbagai factor. Untuk itu mari kita renungkan bersama, apa dan bagaimana cara menemukan solusi problem guru dan sekolah. Pada giliranya nanti, pasti mutu pendidikan di bumi Nusantara ini meroket dan mampu bersaing dengan Negara-negara di belahan dunia lain.

Read more...

Sistem Intership


Untuk dapat menghadapi tantangan pembangunan dan globalisasi pelaku pndidikan senantiasa harus dinamis dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.hal ini harus dimulai dari LPTK yang nantinya akan mendidik calon-calon guru. Namun demikian, dalam menempuh jenjang pendidikan keguruan berbagai masalah dialami oleh para calon guru baik secara external maupun internal oleh karena itu diburuhkan sistem intership untuk mempersiapkan calin guru yang profesional .

Konsep Intership Kependidikan

Intership adalah suatu tahap persiapan profesional di mana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studinya secara formal bekerja di lapangan di bawah supervisi yang kompeten dari seorang administrator (practicing administrator) dan dari seorang profesional school representatif selama jangka waktu (block of time)
Dengan maksud mengembangkan kompetensi dalam melaksanakan tanggung jawab kependidikan.
Intership kependidikan harus memenuhi persyaratan-persyaratan :
1.Pengalaman lapangan yang diperoleh oleh siswa selama intership adalah bagian integral dari pendidikan profesional dalam rangka melengkapi program persiapan profesional secara formal.
2.Intership dilaksanakan dalam bentuk block of time, sekurang-kurangnya selama satu semester penuh (full-time) atau yang ekuivalen dengan jumlah SKS yang telah ditentukan.
3.Siswa diharapkan melaksanakan tanggung jawab secara nyata dan terus menerus di dalam situasi lapangan di bawah supervisi seorang administrator yang kompeten.
4.Dewan Pembina Lapangan (Board of Education) turut menunjang program pada tingkat penentuan kebijaksanaan.
5.Perguruan Tinggi (profesional school) bertindak selaku sponsor progaram dan juga membantu melakukan supervisi
6.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengenali dan turut membantu pelaksanaan progaram intership di wilayanya secara keseluruhan
7.Asosiasi Tenaga kependidikan tingkat nasional maupun daerah mendukung dan menghendaki intership sebagai bagian dalam persiapan praktisioner dan sebagai bagian tuntutannya terhadap anggota dalam asosiasi tersebut.

Istilah intership berbeda dengan istilah ”apprenticeship” dan istilah externship. Antara intership dan apprenticeship memang ada persamaan tetapi lebih banyak perbedaanya. Persamaanya adalah bahwa kedua-duanya berkenaan dengan pengalaman langsung pada jabatan (direct on the-job experience). Perbedaanya terletak pada timing dan tingkat kesulitan. Titik berat program apprentischep adalah pengembangan eksekutif atau bimbingan karier bagi guru-guru sekolah. Kegiatan para calon guru bukan sebagai latihan formal, melainkan hanya melakukan eksploitasi dan observasi saja. Sedangkan titik berat intership adalah pengalaman belajar di lapangan sebagai akhir dari program persiapan

formal sebelum menempati jabatan sebagai tenaga kependidikan. Antara intership dan externship pada dasarnya berbeda hanya pada terminologi saja, oleh sebab ada externship para peserta bertempat tinggal di luar sekolah atau di masyarakat atau di kampus dan sehari-hari pergi ke sekolah melaksanakan tugas-tugasnya.
Perbedaan itu tidak nampak lagi, oleh karena umumnya latihan dalam bidang pendidikan yang interns tak pernah bertempat tinggal terus menerus di sekolah, berbeda dengan praktek dalam bidang kedokteran.

TUJUAN INTERSHIP KEPENDIDIKAN

Disimpulkan berdasarkan penelitian yang sudah ada tentang sistem intership dalam rangka mempersiapkan terbentuknya calon guru yang profesional adalah sebagai berikut:
1.Tujuan yang utama adalah pengembangan para peserta.
2.Tujuan yang bersifat pengabdian profesional.
3.Intership memberikan kesempatan untuk mengetes program profesional perguruan tinggi terhadap realita lapangan.
4.Para administrator sponsor memperkaya kemampuanya berkat bantuan dari staf perguruan tinggi.
5.Intership membantu para peserta mengembangkan perasaan etik profesional
6.Intership dapat juga dilihat sebagai alat untuk menilai kemampuan administratif

Selain itu untuk menjawab pertanyaan: Pengaruh-pengaruh yang mungkin diberikan oleh intership dalam bidang kependidikan sebagai suatu alat persiapan profesional bagi para tenaga kependidikan. Pertanyaan ini dijabarkan menjadi sub-sub pertanyaan yang berkenaan dengan: tujuan intership, pengaruhnya terhadap peserta, pengaruhnya terhadap perguruan tinggi, pengaruhnya terhadap tenaga kependidikan, pengaruhnya terhadap masyarakat.

PENGARUH TERHADAP PESERTA

Berdasarkan hasil penelitian ternyata intership besar pengarunya terhadap para peserta dalam hal-hal sebagai berikut:
1.Appresiasi tentang nilai riset
2.Pemahaman tentang tanggumg jawab fungsional dari departemen pendidikan
3.Pengertian tentang nilai pertemuan dengan masyarakat
4.pendapat tentang macam-macam timgkat administrasi
5.pemahaman terhadap peranan Kepala Sekolah
6.Pengembangan jaminan personal
7.Tinjauan yangg lebih luas tentang hubungan sekolah-masyarakat
8.Praktek dalam pengrekrutan ketenagaan
9.Bermaknma terhadap perbaikan instruksional
10.Pendapat tentang kegiatan kerja Dewan Pendidikan sekolah
11.Pengetahuan tentang bagaimana suatu konsep baru dalam pendidikan dapat diterapkan ke dalam kurikulum sekolah




PENGARUH TERHADAP PERGURUAN TINGGI

Tujuh dari delapan Universitas di Middle Atlantic Region menjadikan intership sebagai suatu course of study, kendatipun tidak semua staf universitas menerimanya sebagai a full fleged partner in the preparation program. Gagasan intership adalah tolerated than respected sebagai suatu alat instruksional. Kehadiran intership menimbulkan efek di mana tenaga (profesor) terpaksa mengurangi beban m,engajarnya atau menyediakan waktu yang tidak sedikit untuk mengunjungi sekolah dan menyediakan leteratur intership. Satu hal yang mendorong persetujuan mereka adalah, karena intership menjalin hubungan antara Perguruan Tinggi dan Sekolah, mempunyai aspek praktis dalam administrasi pendidikan, dan pemecahan berbagai masalah. Di balik itu, penempatan interns menimbulkan keadaan konflik dengan kebijaksanaan kepromosian tenaga dari dalam dan di pihak lain menimbulkan kekhawatiran menurunya moral staf, sehingga sekolah tidak bersedia atau enggan bertindak sebagai sponshorship. Penanggulangan masalah ini dilakukan antara lain dengan jalan mengadakan seleksi bersama dengan administrator yang kelak akan bertindak sebagai pemimpin para peserta tersebut.
Pengaruh yang paling berharga bagi universitas adalah terjalinya hubungan dengan pihak lapangan secara baik, dalam bentuk hubungan foemal atau informal. Hubungan secara timbal balik ini menguntungkan kedua belah pihak.

PENGARUH TERHADAP TENAGA KEPENDIDIKAN

Pelaksanaan intership meminta krjasama dengan kerabat seprofesi, yakni para guru, pemilik dan ttenaga kependidikan non guru lainya. Melalui interaksi yang baik, maka terjadi pengaruh timbal balik baik kepada mahasiswa, peserta maupun bagi pihak-pihak lainya itu. Guru dan penilik ternyata memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yabg sebelumnya tidak demikian. Hai ini wajar karena secara kebetulan umumnya guru sekolah dasar dan penilik yang membimbiing mahasiswa di lapangan belum memperoleh tingkat pendidikan sarjana. Pengetahuan teoririk terutama yang berkenaan dengan pembaharuan pendidikan menjadi madukan yang berharga bagi guru dan penilik bersangkutan.
Kendatipun pengaruh ini belum terukur, namun sudah dapat dipastikan bahwa guru dan penilik dan kepala sekolah memperoleh masukan keilmuan berupa informasi dalam bidang ilmu pendidikan yang langsung ataupun tak langsung turut memperkaya perbendaharaan keilmuan bagi yang bersangkutan, yang pada giliranya turut meningkat mutu kemampuan profesionalanya. Komsep-konsep, prinsip, generalisasi dan teori yang terkandung dalam ilmu pendidikan, secara tak berencana dapat diserap oleh para guru, kepala sekolah dan penilik. Dengan kata lain, dalam berbagai kesempatan tenaga kependidikan di lapangan punya kesempatan belajar dari para peserta internship dan karenanya merupakan pengaruh program internship terhadap tenaga kependidikan bersangkutan.

PENGARUH TERHADAP MASYARAKAT

Pelaksanaan program internship juga berarti melakukan pengabdian profesional kepada masyarakat, misalnya masyarakat pedesaan. Para peserta melakukan berbagai kegiatan, antara lain: pemberantasan buta aksara, pembinaan taruna karya, gotong royong memelihara kebersihan dan keindahan, memberikan ceramah, latihan PKK,

pertandingan olah raga, mengerjakan administrasi desa, mendirikan perpustakaan desa. Kendatipun belum ada data otentik tentang masalah ini, namun bukti=bukti terkumpul menunjukkan bahwa program intership memberikan pengarun tertentu terhadap pembangunan masyarakat desa.Bersumber dari informasi tentang respon dan sikap masyarakat yang telah pernah menerima para peserta internship kita memperoleh gambaran bahwa pwngaruh itu memang nyata adanya.
Pengaruh tersebut tidak hanya terbatas di kalangan masyarakat luas,namun pengaruhnya sampai pada kehidupan keluarga, institusi masyarakat, kelompok pemuda dan kaum wanita bahkan murid-murid sekolah terpengaruh kendatipun pada tingkat minimal. Tentu saja hingga mana pengaruh itu terjadi dan berapa besar pengaruhnya, kiranya dapat kita jadikan suatu masalah dalam penelitian tersensiri.
Pengaruh intership terhadap sistem ekonomi juga mulai terasa, oleh sebab para mahasiswa selama satu atau dua bulan bertempat tinggal di desa/di limgkungan masyarakat di mana menyewa atau kost dan membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan situasi ini, para pedagang kecil dan para pemilik rumah yang kebetulan kosong dan menerima para peserta terjadi perilaku kegairahan tertentu. Memang tadinya diharapkan agar para peserta bertempat tinggal di rumah-rumah guru dengan maksud di samping para peserta memperoleh pengalaman profeional dari masyarakat pendidik, tetapi juga secara tak langsung turut meringankan beban keluarga guru (yang ekonominya lemah).

PROSES PENDIDIKAN INTERSHIP

Intership pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan yang berlangsung secara sistematik. Dalam kaitan dengan sistem proses tersebut, maka sistem intership terdiri dari tiga komponen pokok yaitu: input, proses, dan produk
Secara bagian demi bagian, terdapat hubungan dan interaksi antara komponen masukan dan komponen proses dengan komponen produk. Secara sebagian demi bagian, terdapat hubungan dan interaksi antara aspek-aspek yang terkandung dalam komponen masukan, antara aspek-aspek yang terkandumh dalam komponen proses, dana antara aspek-aspek yang terkandumh dalam komponen produk.
Antara aspek-aspek yang terkandung dalam komponen maukan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam komponen proses dengan aspek-aspek yang terkandung dalam komponen produk. Misalnya: aspek perilaku peserta punya hubungan dengan aspek-aspek kurikulum dan GBPP, sistem instruksional, media instruksional, kepenbimbingan, dan penilaian; juga punya hubungan dan interaksi dengan aspek-aspek: jumlah lulusan, sikap, pengalaman lapangan, ketrampilan, pengayaan pengetahuan, dan produk material. Demikian juga aspek-aspek lainya yang terdapat dalam setiap komponen bersangkutan.

KOMPONEN INPUT

Komponen ini meliputu enam subsistem yang saling berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainya, yakni:
1.Target populasi; yang menjadi sasaran program intership terdiri dari kelompok mahasiswa pesetrta intership, kantor atau balai pendidikan dan latiha, Depdiknas kabupaten/kodya di lokasi program intership.
2.Sumber manuiawi; yang meliputi unsur manusiawi yang terlibat langsung dalam program intership, antara lain, para dosen dan asisten pembimbing, para administrator Kandep Depdiknas dan Balai Diklat serta lembaga pendidikan non formal, para supervisor dan Kepala sekolah, para siswa dll.
3.Perilaku peserta internship; Perilaku awal (entry behavior) para peserta internship mendasari kemampuan yang akan dikembangkan selanjutnya dan berpengaruh terhadap pengaruh pengembangan profesional.
4.Sember Material; Keseluruhan material yang diperlukan dan yang tersedia serta menjadi masukan bagi sistem intership.
5.Sember Biaya; merupakan masukan yang penting artinya bagi penyelenggaraan program intership.sumber biaya berasak dari IKIP, uang mandiri, bantuan pemda dll.
6.Dokumentasi Informasi Peserta; informasi tentang peserta yang telah didokumentasikan adalah bahan masukan yang berguna bagi sistem interbship.misalnya: hasil ujian pribadi, hasil seleksi dll

KOMPONEN PROSES

Komponen ini terdiri dari lima aspek, yang saling berhubungandan pengaruh mempengaruhi dan secara keseluruhan berinteraksi dengan komponen masukan.
1. Kurikulum dan GBPP
Kurikulum dan GBPP telah disiapkan sebagai bagian integral dari kurikulum jurusan, yang terdiri dari aspek-aspek: tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, pengalaman belaja, alokasi jam pertemuan, dan sumber.
2. Sistem Instruksional (pembelajaran)
Kurikulum dan GBPP dilaksanakan dengan menerapkan sistem pembelajaran tertentu, yang dirancang khusus dalam rangka program intership dei lapangan. Sistem pembelajaran ini terdiri dari: tujuan umum, perencanaan kampus,.pelaksanaan di lapangan, kepemimpinan, evaluasi dan laporan
3. Media Instruksional (pembalajaran)
Media pembelajaran yang perlu disediakan, antara lain:media yang digunakan oleh dosen mata kuliah internship dalam memberikan teori internship dan penyusuna rencana oleh kelompok mahasiswa, media yang digunakan oleh peseta di lapangan sesuai dengan kebutuhan masing-masing paket program.
4. Kepembimbingan
Sistem dan strategi kepembimbingan berpengaruh terhadap kelancaran kerja belajar para peserta. Bimbingan sudah dimulai sejak peserta menyusun perencanaan dan paket-paket program, selama bekerja di lapangan dan penyusunan laporan.
5. Penilaian
Penilaian terdiri dari penilaian terhadap kemajuan belajar, bekerja, penilaian program, penilaian kegiatan di lapangan, penilaian terhadap produk yang dihasilkan peserta.

KOMPONEN KELULUSAN

Hasil program internship dilandasi oleh komponen masukan yang diproses melalui program (komponen proses), yang pada giliranya terealisaikan dalam bentuk :
1.jumlah lulusan yakni jumlah peserta yang mengikuti program sampai tuntas dan yang melibatkan dirinya secara aktif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
2.Sikap yakni hasil dalam kemampuan sikap, baik sikap profesional, sikap kemasyarakatan merupakan hasil yang sangat berguna bagi pesera kelak dalam melaksanakan tugas-tugasnya di lapangan.
3.Pengalaman lapangan yakni pengalaman ini merupakan pengalaman praktis yang diperoleh melalui kegiatan di lapangan (tempat bekerja) dan di masyarakat. Pengalaman ini turut memperkaya pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki dan belum pernah dipelajari di kampus.
4.Ketrampilan yakni masing-masing paket program menghasilkan ketrampilan bagi peserta, yang mendukung kemampuan profesional dan kepribadian serta kemasyarakatanya. Ketrampilan itu mengandung unsur-unsur kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif.
5.Pengayaan pengetahuan yakni sepanjang berlangsungnya program intership yang dimulai dari kampus sampai di lapangan danberakhirnya program ini, peserta akan memperkaya pengetahuanya melalui belajar mandiri, belajar kelompok, pertemuan dan diskusi denga tenaga di lapangan, seminar dan macam-macam kegiatan lainya, yang mendorong mereka lebih banyak mempelajari berbagai sumber tercetak yang relevan dengan kegiatan di lapangan.
6.Produk material yakni banyak barang-barang yang mungkin dihasilkan oleh peserta (secara perorangan atau kelompok) yang pada giliranya dapat dimanfaatkan oleh admonistrator, supervisor dan penilik atau oleh masyarakat, yang dibuat peserta. Barang-barang tersebut sesungguhnaya erat kaitanya dengan progran intership itu sendiri.

Demikian beberapa hal yang berkenaan dengan sistem internship secara berkeseluruhan.

*Ketua Umum HMJ Biologi UMM

Read more...

19 Agustus 2008

TAN MALAKA BAPAK REPUBLIK yang TERLUPAKAN


Tan Malaka lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang –Sumatra Barat—Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.
Tan Malaka sempat dijuluki "Bapak Repoebliek Indonesia" selepas medio 1920-an karena menerbitkan buku Naar Repoebliek Indonesia (Menuju Repoebliek Indonesia) dalam Bahasa Belada dan Melayu tahun 1924 di Kanton (sekarang Guangzhou), China. Diketahui, ratusan jilid buku tersebut diselundupkan ke Hindia Belanda dan diterima para tokoh pergerakan, termasuk pemuda Soekarno. Walhasil, Tan Malaka pun dikenal sebagai Bapak Repoebliek Indonesia jauh sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945.
Madilog
Berbicara mengenai Tan Malaka tidak bisa dipisahkan dari Madilog buku fenomenal karanganya. Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana
Dari berbagai macam pemikirannya terutama dari buku Madilog dapat terlihat bahwa ciri khas gagasan Tan Malaka adalah: (1) Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti, (2) Bersifat Indonesia sentris, (3) Futuristik dan (4) Mandiri, konsekwen serta konsisten. Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sekitar 27 buku, brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabar terbitan Hindia Belanda. Karya besarnya “MADILOG” mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan berpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara “Text book thinking”, atau bukan dogmatis dan bukan doctrine.
Tan Malaka dan Kemerdekaan Indonesia
Tan Malaka adalah contoh pemimpin yang berjuang dan melahirkan gagasan bernas untuk kesejahteraan bangsa tanpa pamrih. Secara sosiologis, Tan Malaka bukanlah seorang komunis, tetapi perantau yang telah dbekali dasar keislaman yang kuat dari alam Minangkabau. Sebagai perantau berpendidikan ia berpikir dinamis, selalu mempertanyakan dan mencari gagasna baru untuk bangsanya yang sedang dijajah.
Tan Malaka termasuk anak yang cerdas karena kecerdasanya ia dikirim ke Negeri Belanda dan mengikuti pendidikan guru lanjutan di Kota Haarlem, 1913-1915. Karena Perang Dunia I berkecamuk di Eropa (1914-1918), Tan Malaka terhalang pulang ke Tanah Air. Ia terpaksa hidup berdikari dan selama tahun-tahun itu berkenalan dengan ideologi sosialisme dan komunisme. Pada 1920 Tan Malaka akhirnya pulang ke Tanah Air dan menjadi guru di sekolah yang didirikan oleh perusahaan perkebunan Eropa di Sumatera Timur.
Gajinya setaraf dengan gaji seorang guru Belanda. Namun, ia tidak tahan melihat tindasan yang diderita para kuli perkebunan yang didatangkan dari Pulau Jawa. Pada Februari 1921 Tan Malaka minta berhenti dan pindah ke Semarang, di mana sebuah partai baru, Partai Komoenis Indonesia (PKI) belum lama berdiri. Partai baru itu muncul dari ribaan Sarekat Islam (SI) dan ingin terus berlindung di belakangnya sambil melakukan kegiatan agitasinya. Tan Malaka segera aktif menyelenggarakan pendidikan cuma-cuma kepada anak-anak rakyat jelata, menulis pamflet-pamflet, dan mendorong berbagai pemogokan. Akhirnya PKI dipisahkan dari SI, dan peranan Tan Malaka sebagai agitator komunis menjadi mencolok bagi polisi rahasia Hindia Belanda.
Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”. Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskow diikuti oleh kaum komunis dunia.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di Tanah Air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti Naar de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Massa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya bicara, tapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan dan gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di Semarang, Purwokerto, Bandung, Yogyakarta, dan Batavia, selama dua tahun di Jawa sebelum dibuang ke Belanda (1922).
Tan Malaka konsekuen dengan sikapnya yang tidak memercayai politik kompromi (diplomasi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang hanya menguntungkan Belanda—bagi saya cukup sudah bukti Tan Malaka adalah seorang nasionalis sejati daripada seorang komunis. Kita harus menerimanya bahwa marxisme telah juga dipakai para pejuang yang lain (Soekarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain) dalam memerdekakan bangsa.
Selama 20 tahun berpetualang sebagai orang pelarian dan 10 tahun di tanah air, lalu melahirkan gagasan-gagasan brilian, seperti neer de Republiek Indonesia (1924) yang mendahului Hatta dan Soekarno (Mencapai Indonesia Merdeka, 1930 dan Kearah Indonesia Merdeka, 1932), Madilog, Gerpolek, Merdeka 100%, Dari Penjara ke Penjara, Masa Aksi, Uraian Mendadak, dan puluhan tulisan lainnya, yang semuanya bertumpu pada bagaimana membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Tan Malaka tidak hanya berbicara tetapi dengan bukti, ia bukanlah pemimpin flamboyan yang gagah di podium, tetapi ia membangun sekolah rakyat di berbagai daerah sebelum ia diasingkan oleh Belanda.
Tan Malaka konsekuen dengan semua sikapnya yang tidak mempercayai politik diplomasi (kompromi) yang dijalankan Hatta dan Syahrir yang dianggap menguntungkan Belanda. Tan Malak lebih epada seorang nasionalis sejati ketimbang seorang komunis. Paham komunis yang dia jalankan seperti Marxisme sebenarnya juga dijalankan oleh semua pemimpin bangsa seperti Hatta, Soekarno, Syahrir, dll.
Dalam lintasan sejarah, Tan Malaka merupakan salah satu tokoh revolusi kiri yang namanya hingga kini masih terus berkibar, paling tidak di Eropa. Sehingga tak heran jika Harry Poeze, peneliti senior sekaligus Direktur KITLV Belanda, menulis disertasi mengenai Tan Malaka pada tahun 1976 yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dalam dua jilid. Poeze kemudian melanjutkan buku kisah perjalanan hidup Tan Malaka ini sampai akhir hayatnya pada 1949, yang dalam buku tersebut diungkap mengenai lokasi tewasnya Tan Malaka di Jawa Timur dan siapa yang menembaknya. Penelusuran Poeze ternyata tidak hanya berhenti disitu, pada 8 Juni 2007 lalu, di Universitas Leide Belanda, Poeze meluncurkan buku yang berjudul ‘Verguisd en Vergeten, Tan Malaka; De linkse Beweging en Indonesische Revolutien 1945-1959’. Buku setebal 2194 halaman ini di jual seharga 99,90 euro di Eropa, dan cukup mendapat apresiasi dari halayak pembaca.
Namun sayang, peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu. Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta. Dan pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka gugur, hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan “Gerilya Pembela Proklamasi” di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Meskipun seakan dilupaka sejara ia tetaplah akan terus dikenang seperti sebuah ucapannya yang telah menginspirasi banyak orang “BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP” (Tan Malaka)
*Penulis adalah penikmat Sejarah dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UMM

Read more...

17 Agustus 2008

DARI UJIAN NEGARA KE UJIAN NASIONAL


Indonesia bisa menjadi contoh menarik adanya beragam pola ujian nasional di sekolah. Sebut saja sejak era 1945-1969, siswa saat itu mengenal Ujian Negara. Berturut-turut setelah itu ada Ujian Sekolah (1970-1982), Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (1983-2002), Ujian Akhir Nasional (2003-2005) hingga yang terakhir Ujian Nasional, mulai 2006 lalu.

Ujian Negara dianggap unggul dalam mengendalikan standar mutu lulusan. Siswa yang lulus mutunya benar-benar bagus. Namun, ahli pendidikan menilai standar tinggi Ujian Negara hanya sah diberlakukan bila seluruh sarana dan prasarana sekolah sama atau memenuhi standar kelayakan. Akibatnya, cukup banyak siswa dari kelas bawah tidak lulus.

Ujian Sekolah merupakan kebalikan total dari Ujian Negara. Sayangnya, teori para ahli pendidikan pendukung model ini, tak sejalan di lapangan. Otonomi penuh sekolah justru menjadikan sekolah seenaknya memberi nilai murid-muridnya. Siswa gampang sekali lulus, bahkan lulus 100%. Fungsi eksternal penilaian sebagai pengendali mutu lulusan menjadi hilang.

Babak berikutnya paduan Ujian Negara dan Ujian Sekolah, yakni Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional alias Ebtanas. Mata pelajaran yang diujikan secara nasional enam sampai tujuh. Sisanya, berupa ujian sekolah. Hasil ujian nasional itu disebut Nilai Ebtanas Murni (NEM). Namun, NEM tak ubahnya macan ompong. Lulusan 100% mudah dicapai. Namun, buntutnya mutu lulusan rendah dan terjadi mark up nilai.

Ujian Akhir Nasional hampir mirip dengan model Ujian Nasional. Perbedaan sangat mendasar adalah nilai ujian nasional menentukan kelulusan. Sekolah tidak bisa main-main mengutak-atik nilai. Fungsi pengendali mutu lulusan dan praktik mark up nilai berhasil diterapkan. Kelemahanya, angka kelulusan menjadi lebih rendah.

Pada Ujian Nasional 2006, ketika angka batas lulus dinaikan menjadi 4,5 ternyata diimbangi jumlah kelulusan. Presentase kelulusan peserta ujian yang terdiri atas siswa sekolah menengah atas, madrasah aliyah, dan sekolah menengah kejuruan meningkat drastis, mencapai lebih dari 90%.

Rembuk Nasional Pendidikan 2007, April lalu, menggulirkan keputusan anyar. Jenjang SD mulai 2008/2009 menerapkan Ujian Nasional yang juga menjadi penentu kelulusan. Banyak kalangan khawatir Ujian Nasional SD bisa berdampak mengurangi angka partisipasi murni (APM) jenjang SMP. Padahal, pemerintah menargetkan terpenuhinya Wajib Belajar 9 Tahun pada 2008.

Read more...

Rayap dan Pengentasan Gizi Buruk


Mungkin bagi sebagian besar orang rayap dianggap sebagai musuh manusia hal ini karena rayap hanya dianggap sebagai hewan perusak terutama perabot-perabot yang terbuat dari kayu. Namun tahukah masyarakat bahwa sebenarnya rayap sangat bermanfaat bagi manusia terutama sebagai sumber protein. Rayap yang selama ini hanya dianggap sebagai hewan perusak ternyata mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi. Kandungan gizi rayap terutama rayap yang sudah dikeringkan ternyata mempunyai nilai gizi terutama nilai protein yang sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa jenis serangga lainya.

Mungkin sebagian besar orang masih menyangsikan kebenaran data ini namun inilah realitanya bahwa rayap merupakan sumber protein yang murah, dan mudah didapatkan oleh masyarakat karena rayap banyak tersedia di lingkungan kita. Dengan potensi yang demikian besar ini seharusnya rayap dapat digunakan sebagai alternatif makanan sebagai pengentas gizi buruk yang akhir-akhir ini banyak melanda masyarakat di Negara kita.

Meskipun demikian, masyarakat kebanyakan masih berpikir pemanfaatan macam apa yang dapat dilakukan sehingga rayap dapat dikonsumsi dan dapat memberi tambah pada nilai gizi masyarakat karena tidak mugkin rayap dikonsumsi secara langsung karena, sebagian masyarakat masih merasa jijik dengan binatang ini. Sehingga ada solusi yang menarik kalau sebaiknya rayap dibuat menjadi aneka panganan seperti rempeyek, krupuk hingga permen.

Hal ini, sudah dibuktikan sendiri oleh beberapa ahli atau pakar sehingga masyarakat tidak perlu ragu lagi untuk mengambil peluang ini mengingat begitu besarnya jumlah dan potensi dari rayap. Selain itu juga dengan membudidayakan rayap menjadi aneka panganan dapat juga mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia selain untuk memenuhi gizi bagi masyarakat. Jadi siapa yang tertarik, silahkanlah mencoba.

(Huzaifah Hamid Ketua Umum HMJ Biologi UMM 2008-2009)

Read more...

Dikotomi Presiden Tua, dan Muda


Dalam memasuki Pemilu 2009, wacana kepemimpinan golongan tua dan muda mulai berhembus. Dikotomi generasi kepemimpinan nasional mencuat di permukaan dan hangat didiskusikan. Publik mulai pertanyakan efektivitas kepemimpinan golongan tua di segala lini kehidupan masyarakat, bersamaan dengan proses penantian panjang kepemimpinan golongan muda dalam berkiprah. Kepemimpinan golongan muda ditawarkan sebagai solusi, dengan asumsi, golongan muda memiliki semangat, progresivitas, kreativitas, idealisme yang tinggi, dan masih terjaga. Wacana pun terus bergulir dan menjadi topik yang kian marak diperbincangkan akhir-akhir ini, baik dalam diskusi politik di kalangan terbatas maupun di sejumlah media massa yang tentu saja tak luput menuai pro dan kontra.

Mewacanakan dikotomi tua-muda calon pemimpin atau calon presiden menjadi hangat akhir-akhir ini ditambah lagi dengan pernyataan dari Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri yang menantang Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring untuk bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Hal ini dikarenakan Tifatul melontarkan wacana sudah waktunya para politikus gaek untuk pensiun. Pemimpin 2009 adalah pemimpin muda dan energik serta berani mengambil risiko. "Ada yang pernah gagal, tapi kepingin lagi maju. No way. Silakan minggir. Pemimpin baru itu balita di bawah lima puluh tahun," tegas Tifatul.


Silahkan Maju

Memperdebatkan antara presiden yang tua atau muda, menurut banyak kalangan justru jelas-jelas akan membodohi orang banyak. Hal ini karena, Ketika mendesak agar yang lebih tua menyingkir dari kompetisi proses pencalonan presiden, sama artinya telah memvonis para calon yang lebih tua tidak kompeten dan tidak kapabel, sementara belum bisa dipastikan calon yang yang lebih muda lebih kompeten dan kapabel. Tidak hanya itu, mendesak kaum tua untuk mengundurkan diri dari persaingan berarti juga membuktikan bahwa kaum muda sebenarnya mengemis-ngemis kepada para calon yang lebih tua untuk membuang kesempatan mereka memenangi kompetisi. sehingga peluang terbesar jatuh kepada yang muda. Bagaimana bisa memimpin banyak orang jika kaum muda sendiri tidak percaya diri dan tak mampu mengelola potensi dirinya untuk mengalahkan satu-dua orang lawan yang usianya lebih tua .

Selain itu juga sangat disayangkan bahwa ditengah gembar-gembor dikotomi capres tua atau muda politikus muda masih belum solid dalam melakukan konsolidasi sehingga belum ada yang benar-benar serius berjibaku dengan massa, melemparkan ide-ide pembaruan, lantas membalikkan opini secara cerdas dan matang. Kaum muda saat ini hanya terkesima dengan kemenangan dari HADE yang secara mengejutkan memenangi pilkada JABAR sehingga berharap hal yang sama terjadi padanya, padahal kemenangan HADE dalam pilkada JABAR sangat berbeda masalahnya dengan kemenangan sebagai presiden bagi kaum muda di tahun 2009, karena masalah yang dihadapi jauh lebih kompleks dan butuh persiapan yang lebih matang.

Hingga saat ini baru muncul beberapa nama yang mendeklarasikan dirinya akan maju sebagai Capres 2009, seperti Fadjroel Rahman, Rizal Malarangeng dan Yudi Chrisnandi namun mereka semua belum memiliki parpol atau basis masa yang jelas berbeda dengan Pemimpin tua yang telah mempunyai basis masa yang jelas. Muncul satu kesan, sebenarnya golongan muda butuh untuk didorong dari golongan tua untuk maju ke muka pentas calon presiden. Golongan tua diminta untuk menggelar karpet merah untuk golongan muda supaya mau masuk dan bertarung di arena kepemimpinan nasional. Maka tidaklah mengherankan jika golongan muda mendapatkan sindiran dari golongan tua bahwa golongan muda terlalu banyak meminta.


Berdasar Kemampuan

Wacana pemimpin muda juga ditanggapi Wapres Jusuf Kalla saat membuka Kongres Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta, kemarin. Menurut Ketua Umum DPP Partai Golkar itu, politik tidak dibagi-bagi berdasarkan umur. "Tapi dibagi berdasarkan kemampuan pikiran, “ katanya.

Menurut Kalla, umur muda itu berhubungan dengan kesehatan. Tua dihubungkan dengan kearifan. "Tua, tapi tidak arif, itu bukan orang tua yang arif. Tapi kalau muda kurang fit, ah,susah juga itu”. Karena itulah, Kalla meminta kaum muda untuk tidak terburu-buru terjun ke dunia politik. Terjun ke dunia politik, katanya, membutuhkan kematangan. Seorang politikus akan berkembang pesat jika memiliki kemampuan di bidang lainnya terlebih dulu. Wapres mengakui Bung Karno terjun ke dunia politik saat usianya masih muda. Namun, Bung Karno dimatangkan karena berkali-kali ditangkap dan dipenjara. "Jadi bukan semata-mata karena usis muda,” katanya.

Sementara itu, Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak berkeberatan dengan wacana pemimpin muda. "Umurnya muda, pendapatnya tua juga boleh, konservatif. Orang tua pikirannya muda, agent of change, juga bisa," katanya.
Namun, yang terpenting dari ini semua biarpun nanti presiden yang terpilih baik tua atau muda, yang terpenting di mata masyarakat pemimpin itu mampu membawa rakyat pada kemakmuran yang diinginkan karena percuma presiden tua atau muda jika nanti masa kepemimpinanya tidak membawa perubahan bagi kesejahteraan rakyat.

Regenerasi kepemimpinan muda memang tidak bisa dengan paksaan sudah bukan jamannya lagi. Semua perlu proses dan pembuktian diri adalah menjadi kata kunci melewati proses tersebut. Karena, rakyatlah yang akhirnya menentukan siapa sesungguhnya yang diperlukan dan yang pantas memimpin. Semua meski lapang dada membuat kesimpulan jauh-jauh hari bahwa yang terpilih adalah the best choice dari rakyat, entah dia golongan tua ataupun golongan muda, kita harus legowo menerima dan mendukungnya demi
kemaslahatan bangsa dan negara ke depan.

(Ketua Umum HMJ Biologi UMM 2008-2009)


Read more...

16 Agustus 2008

Krisis Pangan dan Energi, Ironi Zamrud Khatulistiwa



Akhir-akhir ini di media massa banyak diulas pernyataan-pernyataan para pejabat dunia akan situasi pangan dan energi global yang mencemaskan bagi kehidupan manusia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Krisis pangan dan energi mengancam hampir di seluruh pelosok dunia, tidak terkecuali dengan Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kenaikan harga produk pangan yang sulit terbendung sejak dua tahun lalu dan terus berlanjut hingga kini dan juga kenaikan harga minyak dunia yang mencapai rekor tertinggi dalam sejarah sejak invasi Irak ke Kuwait yang lebih dikenal dengan perang teluk beberapa tahun lalu.

Tidak kurang Presiden Bank Dunia, Robert Zoillick mengkhawatirkan situasi pangan yang buruk dewasa ini akan dapat memicu timbulnya peperangan. Akankah keadaan segawat ini, dan akankah pangan dapat memicu peperangan? Moh Amin dalam artikelnya yang berjudul Krisis Pangan Dunia: Yang Dulu dan Sekarang (Harian Pelita/18/07/08) mengingatkan bahwa hal ini perlu direnungkan agar kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi pangan kita sendiri terlebih dahulu, baru pangan global.


Krisis pangan

Ancaman krisis pangan dunia sebenarnya telah digembar-gemborkan sejak tahun 2006. Selama enam tahun berturut-turut konsumsi biji-bijian pangan dunia lebih besar daripada produksi dunia. Pada tahun 1999, stok pangan dunia masih dapat memenuhi kebutuhan selama 116 hari, namun pada tahun 2006 menurun drastis, hanya tinggal 57 hari. Laporan Lembaga Pangan Dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) yang berjudul “Growing Demand on Agriculture and Rising Prices of Commodities” menunjukkan indeks harga pangan meningkat rata-rata 9% pada 2006 ketimbang tahun sebelumnya. Bahkan pada 2007 indeks harga pangan meningkat 23% dibandingkan dengan 2006.

Dalam laporan FAO tersebut, satu-satunya produk pangan yang turun hanyalah gula, yakni turun 32%. Hal ini dimungkinkan karena produksi gula di negara-negara berkembang termasuk Indonesia mengalami peningkatan, sedangkan konsumsi gula relatif stabil. Bahkan selama periode 2007/2008 diperkirakan produksi gula mencapai titik tertinggi.

Ekonom Senior FAO, Concepcion Calpe, mengatakan krisis pangan dipicu karena permintaan melebihi pasokan sehingga harga-harga bahan pangan melambung. Bahkan Dirjen FAO, Jacques Diouf memprediksi harga beberapa bahan pangan tidak akan pernah turun. Sebab, bahan pangan seperti jagung kini tak lagi digunakan untuk makan, tetapi juga untuk bahan bakar ramah lingkungan (biofuel). Akibatnya, stok global berkurang dan di pasar terjadi spekulasi.

Selain peringatan FAO, IMF (International Moneter Fund) menjadi lembaga global yang juga memperingatkan dampak buruk naiknya harga pangan bagi warga miskin. Direktur IMF, Dominique Strauss-Kahn, di Washington dalam pertemuan dengan menteri keuangan mengatakan, banyak orang menghadapi kelaparan yang kemudian bisa memicu keresahan sosial. Selama tahun lalu, menurutnya, harga hasil panen yaitu beras, gandum dan jagung melonjak tinggi. Beras, misalnya, naik 70%. Alasannya jelas, panen yang jelek, karena tanah semakin kurang subur dan cuaca yang tidak karuan, meningkatnya permintaan dan bertambahnya jumlah lahan untuk tanaman bahan bakar nabati. Harga yang lebih tinggi menyebabkan kesulitan bagi banyak orang, menjerumuskan mereka untuk pertama kalinya ke bawah garis kemiskinan. Tak dapat dihindari, bencana kelaparan menjadi kenyataan yang memilukan.


Krisis Energi

Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk penerangan, proses industri atau untuk menggerakkan peralatan rumah tangga diperlukan energi listrik; untuk menggerakkan kendaraan baik roda dua maupun empat diperlukan bensin, serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan manusia yang memerlukan energi.

Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 150 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia. Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.

Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) dan tingginya harga minyak bumi, mendorong sebagian besar orang beramai-ramai membicarakan energi alternatif. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Sampai-sampai presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun menantang para ilmuwan dan peneliti untuk menemukannya.

Program kontroversial konversi minyak tanah ke gas juga telah dijalankan meskipun banyak pihak menentang karena rakyat kecil semakin terjepit dan menjerit. Dengan dalih menjaga stabilitas dan menghindari jebolnya APBN akibat subsidi BBM yang semakin meningkat akhirnya pemerintah juga menaikkan harga BBM.


Sebuah Ironi

Ancaman krisis pangan di negara agraris yang tanahnya subur dan gemah ripah loh jinawi dan ancaman krisis di negeri ladang minyak menjadi sangat ironis. Idealnya kedua hal itu tidak akan sebegitu parahnya menimpa bangsa andai saja para penguasa dan pemangku kebijakan tidak lalai. Hal ini bukan merupakan wacana kosong yang tidak bertanggung jawab. Faktanya krisis pangan yang terjadi di Indonesia adalah buah dari kebijakan dan praktik privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi negara Barat dan adikuasa sebagai inti dari Konsensus Washington. Akibat praktik itu semua, negara dan rakyat Indonesia tidak lagi punya kedaulatan, dan kekuatan dalam mengatur produksi, distribusi dan konsumsi di sektor pangan. Saat ini di sektor pangan, kita telah bergantung pada mekanisme pasar yang dikuasai oleh segelintir perusahaan raksasa.

Krisis energi sebenarnya tidak akan terlalu menjadi masalah bagi Indonesia seandainya tidak terjadi kesalahan pengelolaan akibat bobroknya rezim pengelola. Hasil eksploitasi minyak bumi dan gas yang sejatinya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagai mana amanat UUD 1945, ternyata hanya dinikmati oleh segelintar orang (pemilik modal). Mereka sengaja berkolaborasi dengan perusahaan asing atau Multinatioal Corporation (MNC) untuk mengeruk kekayaan energy bangsa ini. Para pengelola dan pengatur regulasi perminyakan dan gas justru justru belakangan ini terindikasi sebagai pelaku KKN sector migas. Akibatnya negara dirugikan triliunan rupiah.

Hal ini sejalan dengan uraian Husamah (Mengakhiri Kebohongan Konversi Energi, Media Indonesia/4 September 2007) dimana konversi energi hanya merupakan upaya pengalihan isu di balik niat segelintir penguasa-pemilik modal untuk mempercepat laju investasi korporasi asing yang ujung-ujungnya menguras sumber energy miga kita. Uang Negara yang seharusnya digunakan untk kemakmuran rakyat malah digunakan untuk membayar utang luar negeri yang selama ini dinikmati para penguasa.

Tentunya permasalahan ini harus segera kita akhiri. Karena itu, Pemerintah harus membuat perencanaan yang jelas, terukur dan terarah dalam mengatasi persoalan krisis pangan dan energi serta melepaskan diri dari perangkap yang dipasang negara-negara kapitalis dan pemilik modal. Apalagi ketahanan pangan bukan sebatas dimensi ekonomi semata, tetapi juga merupakan bagian dari ketahanan sosial politik bangsa. Jika Pemerintah tidak mampu membuat strategi yang jitu, maka taruhannya adalah kerawanan pangan yang semakin meluas.

Salah satu yang harus menjadi fokus perhatian pemerintah adalah upaya peningkatan produksi pangan, khususnya beras yang menjadi makanan pokok bangsa Indonesia. Tidak kalah penting lagi adalah penguatan stok pangan yang dimiliki Pemerintah. Meski banyak kendala dalam penyediaan pangan untuk rakyat, pemerintah harus tetap menjamin seluruh kebutuhan primer masyarakat, terutama soal pangan. Yang lebih penting lagi bagaimana meningkatkan daya beli sehingga masyarakat mudah mengakses ketersediaan pangan. Apa artinya swasembada pangan jika daya beli masyarakat tetap lemah.

Ketahanan pangan merupakan salah satu masalah strategis yang hukumnya wajib diperhatikan penguasa. Untuk itu, ketahanan pangan yang tangguh harus didukung dengan kekuatan politik karena menjadi bagian dari kekuatan negara dalam menjaga kedaulatan negara dari intervensi asing. Apalagi kini, isu pangan menjadi alat politik bangsa-bangsa barat guna mempengaruhi situasi politik suatu negara.

Untuk minimalisasi dampak krisis energi, seyogyanya bangsa Indonesia mengeksploitasi, mengolah, dan mengelola sumber nergi migasnya sendiri. Dengan demikian, pola kontrak pengelolaan migas yang selama ini lebih banyak merugikan daripada menguntungkan tidak dapat ditawar lagi perlu ditinjau ulang. Langkah tersebut akan semakin mantap jika para pihak yang terkait dalam pengawasan bertindak secara profesional, tidak terpengaruh iming-iming komisi. Selain itu, sudah saatnya diterapkan good governance bidang migas.

(Ketua Umum HMJ Biologi UMM 2008-2009)

Read more...

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP