20 Juni 2009

PERILAKU AGRESI ANAK PUNK KOTA BATU DALAM KESEHARIANNYA DAN SAAT MENONTON KONSER




BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Fenomena kehidupan dan aktifitas remaja masa kini beragam, terutama pada remaja putra. Adanya beberapa komunitas tertentu, macam kelompok anak punk membuat banyak remaja putra yang memilih bergabung dalam kelompok punk untuk menjadikannya suatu kegiatan perkumpulan untuk mengekspresikan diri atau sebagai wadah mencari jati dirinya.
Kelompok anak Punk sendiri adalah yang diidentikkan sebagai kelompok pengacau dan suka bikin onar. Mereka mempunyai etika do it yourself (d.i.y.) atau lakukan sendiri, di mana mereka berusaha sejauh mungkin untuk tidak menjadi konsumen atau berusaha mandiri, peduli pada sesama dan peduli pada lingkungan, serta menjadi anak punk berarti menjadi seorang counter-culture atau anti budaya kemapanan.
Dalam “Philosophy of Punk”, Craig O’Hara (1999) menyebut tiga definisi punk. Pertama, punk sebagai tren remaja dalam fashion dan musik. Kedua, punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, punk sebagai bentuk perlawanan karena menciptakan gaya hidup dan kebudayaan sendiri. Definisi pertama adalah definisi yang paling umum digambarkan, di mana dikesankan anak punk suka mangkal di pinggir jalan, sehingga banyak masyarakat yang berpandangan negatif tentang keberadaan mereka.

Sebelum bergabung dengan komunitas punk. Biasanya remaja terlebih dahulu mengenal musik yang beraliran punk-rock yang menjadi trade mark kesukaan komunitas anak punk, sebelum mereka benar-benar bergabung dan menjadi komunitas anak punk. Ada juga dengan alasan coba-coba menceburkan diri karena merasa tertarik dengan kehidupan anak punk yang mandiri, akhirnya banyak remaja bergabung dan bangga dengan identitas sebutan anak punk.
Belum lagi penampilannya yang berciri khas rambut potongan model mohawk (berdiri kaku, berwarna-warni dan terkesan tajam), seperangkat atribut yang menempel di pakaiannya, seperti rantai, gembok, peniti, dan spike,  yang kesemuanya itu ‘menghiasi’ tubuhnya, membuat sebagian besar masyarakat dan orang awam enggan dan takut untuk bertegur sapa dengan komunitas itu, apalagi sampai memasuki kehidupan mereka.
Karena terkesan urakan dan liar itulah, seringkali masyarakat mengganggap bahwa kelompok tersebut menakutkan dan terkesan berandalan, serta identik dengan pelaku kriminal yang suka memeras orang lain. Dari berbagai pernyataan dan fakta yang terjadi di lapangan menimbulkan suatu asumsi negatif yang muncul di benak masyarakat tentang keberadaan kelompok punk.
Masyarakat menganggap komunitas punk merupakan sosok yang menakutkan, dan memiliki perilaku agresi yang tinggi, serta senang dengan tawuran. Agresi sendiri menurut John C. Brigham (1991) adalah perbuatan yang diniati untuk menyakiti orang, baik secara fisik maupun secara psikologis.
Sedangkan dalam Ensiklopedia Psikologi Sosial (Manstead dan Howstone, 1996) agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan tujuan untuk melukainya. Definisi ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu; tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

Biasanya perilaku agresi yang dimunculkan anak punk akan kerap dimunculkan ketika sedang menyaksikan konser musik beraliran punk-rock. Keributan itu sering terjadi biasanya dipicu karena senggolan saat tengah pogo, tarian khas punkers. Padahal dalam pogo sendiri, mau tidak mau anak punk harus bersenggolan dengan yang lainnya, dan memang tarian itu cenderung keras dan kasar. Itulah salah satu penyebab mengapa sering terjadi keributan di tengah acara musik punk. Mungkin dari situlah imej chaos dan anak punk yang suka berbuat anarkis itu akhirnya menempel, (www.yoyoke.web.ugm.ac.id).
2. Rumusan Masalah
Di Indonesia, istilah brutal atau anarki, anarkis (me) digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Menanggapi perilaku anak punk yang suka berbuat brutal, yang sering bikin masyarakat gerah, akhirnya banyak masyarakat yang antipati dengan keberadaan mereka. Akibatnya, pengakuan dari masyarakat akan eksistensi anak punk tak kunjung jua datang alias mereka tak dianggap ada di tengah masyarakat.
Kondisi itu malah memantik kekecewaan dari anak punk yang berubah menjadi bentuk protes yang tak tertib dengan diikuti aksi brutalitas dan vandalisme. Hingga akhirnya masyarakat benar-benar muak dengan keberadaan anak punk yang sudah identik dengan perilaku agresinya yang tinggi dan tak terkontrol. Dan di Kota Batu sendiri, kelompok anak punk kadang mengalami perbuatan yang tak menyenangkan dari masyarakat, mulai di gunjing, dicibir keberadaannya, dan diusir, serta ditangkap polisi dengan tuduhan mengeroyok pelajar, memecahkan kaca mobil jika tak diberi uang saat ngamen di jalanan lampu merah hingga keberadaannya yang dianggap meresahkan masyarakat.
Hal itulah yang membuat peneliti ingin mengobservasi aktifitas anak punk khususnya perilaku agresi yang dimunculkan kelompok punk tersebut. Adapun indikator dari perilaku agresi antara lain:
1.Menyerang secara fisik (memukul, merusak, mendorong)
2.Menyerang dengan kata-kata
3. Mencela orang lain
4.Menyerbu daerah orang lain
5.Mengancam untuk melukai orang lain
6.Main perintah kepada orang lain
7.Melanggar milik orang lain
8.Tidak mentaati perintah
9.Membuat permintaan yang tidak pantas dan tidak perlu
10.Bersorak-sorak, berteriak, atau berbicara keras pada saat yang tidak pantas
11.Menyerang tingkah laku
Pembuatan kriteria indikator sangat penting guna lebih memfokuskan apa yang ingin diperhatikan peneliti dari perilaku yang dimunculkan anak punk. Tulisan ini diharapkan mampu menambah khasanah perbendaraan ilmu psikologi sosial tentang fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku agresi yang dimunculkan pada anak punk yang kesehariannya berada dan mangkal di kawasan Batu dan saat mereka menonton konser di Dome UMM. Observasi yang dijalankan ini sifatnya ingin mengungkap perilaku agresi yang dilakukan kelompok punk di Batu. Dalam mengungkap perilaku agresi yang dimunculkan, kami menggunakan alat handycam untuk merekam segala aktifitas mereka sepanjang hari.
Dalam menjalankan kegiatan, kami telah berpatokan kepada indikator yang telah kami susun (buat), dan bila perilaku yang dimunculkan anak punk ada yang sesuai dengan indikator tersebut, kami tinggal melakukan cheklist (centang) untuk mendokumentasikannya.
 Prosedur observasi yang telah dijalani dengan melakukan perekaman tentang segala aktifitas dan perilaku anak punk dengan alat bantu handyacam untuk memperoleh informasi seperti yang ditampakkan dalam perekaman sesuai dengan kenyataannya. Dengan melakukan observasi model tersebut, observer meyakini dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang perilaku kehidupan sosial mereka, yang itu sulit dilakukan jika menggunakan cara lainnya.
Metode yang digunakan peneliti dalam observasi ini adalah partisipan yang bersifat natural. Dikatakan menggunakan metode partisipan karena peneliti dalam mengobservasi secara mendalam, observer memutuskan untuk mengenal kelompok punk itu terlebih dulu agar terjalin komunikasi biar lebih akrab. Selain itu, observer juga terkadang ikut dalam kegiatan yang dilakukan anak punk tersebut, tetapi observer tak mempengaruhi anak punk itu untuk mengubah perilakunya. Perilaku yang ditunjukkan kelompok punk itu bersifat alami atau tidak dibuat-buat. Perilaku tersebut dapat bersifat alami karena observer benar-benar telah mengenal kelompok punk, sehingga mereka tak canggung ketika di-shoot untuk direkam aktifitasnya.


BAB II
PEMBAHASAN
Anak Punk di Kota Batu
Kelompok punk yang berada di kota Batu, observer tidak menemukan perilaku agresi, akan tetapi yang ditemukan hanya perilaku seperti dalam kesehariannya. Perilaku yang tampak meliputi mereka ngobrol sesama anak Punk lainnya, bercanda, merokok, ketawa dengan suara keras, mengamen dengan diiringi gitar, dan kemudian membagi hasil uang ngamen.
Selain itu, subyek mengatakan hApa Loe!!!!!!h, perkataan ini bukan sebuah hinaan karena dalam pengucapan subyek tidak menampakkan wajah dengan muka menegang dan nada yang tinggi, serta subyek hanya mengacungkan telunjuk tangannya. Hal itu adalah sebuah salam untuk mengakrabkan diri biar solidaritasnya lebih kuat pada kelompok itu.
Hal itu bisa dimengerti karena anak punk yang bertempat di perempatan lampu merah kota Batu dan ditempat mangkalnya, mereka sepanjang hari hanya berkonsentrasi melakukan rutinitas seperti biasanya saja, sehingga tak sempat memikirkan yang lainnya. Apalagi samapi menunjukkan reaksi agresi kepada temannya maupun pengguna jalan, karena tak ada alasan untuk melakukan itu.
Anak Punk saat Gig
Kelompok Punk yang ada di konser berprilaku agresif. Sejak awal mau masuk ke gedung pertunjukan mereka sudah berjubel dan melakukan aksi saling dorong, mengangkat tangan, berlari, berteriak, dan mengumpat kata-kata yang tidak pantas. Sebenarnya mereka tenang dan diam saja sebelumnya, namun mereka berubah total begitu pintu utama dibuka.
Mereka perlahan-lahan bergerak dan mselanjutnya saling berusaha mendahului yang lainnya, sehingga aksi saling dorong, saling mengumpat satu sama lain dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan, menggema dan riuh terdengar. Mereka juga berlari, mengacungkan jari, tidak mentaati perintah dari petugas keamanan yang mengatur penonton untuk segera masuk ke dalam ruangan.
Ungkapan yang tidak pantas diucapkan seperti ”Jan***!!!!!!!!!!!!!!!!!!” diucapakan dengan penekanan yang kuat dan nada yang tinggi. Hal itu dapat dilihat dari besarnya volume dan kejelasan kata-kata yang diucapkannya.
Berdasarkan hasil observasi yang ada, dapat disimpulkan bahwa komunitas punk di Batu tidak menunjukkan adanya perilaku agresi seperti yang tertera dalam indikator yang dibuat dalam keseharian mereka. Hasil video yang mendokumentasikan kegiatan mereka itu memang tak menampakkan perilaku agresi saat itu, di jalanan tempat tongkrongan mereka.
Sementara dari rekaman pada saat anak punk gig, mereka banyak menmunculkan perilaku agresi, misalnya mereka saling memaki satu sama lainnya, menerobos pintu masuk, tidak mematuhi aturan yang dibuat pihak penyelenggara gig tersebut, menyerang secara fisik komunitas punk lain (baik memukul, mendorong, merusak), tak menghiraukan seruan petugas keamanan, dan lainnya seperti yang ditampilkan pada indikator yang ada.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan anak punk tidak memunculkan perilaku agresi dalam kesehariannya. Mereka dalam melakukan aktifitas sama saja dengan masyarakat pada umumnya, yang membedakan hanya kegiatan yang dijalani. Perilaku agresi pada anak punk akan muncul ketika ada momen tertentu, seperti saat mereka menonton sebuah pertunjukan musik (gig)  punk. Hanya momen tertentu itulah yang membuat mereka akan memunculkan perilaku agresinya.
Perilaku agresi yang dimunculkan itu selain faktor dalam diri juga karena faktor eksternal, seperti pengaruh minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang. Karena tentu saja mereka melakukannya atas dasar dipengaruhi zat itu, tanpa mampu mengontrol dirinya secara normal. Karena ketika gig tersebut berlangsung, biasanya mereka memang mengkonsumsi terlebih dahulu, baik minuman beralkohol juga obat-obatan terlarang. Sehingga adakalanya anak punk itu melakukan perilaku agresi yang dapat menyebabkan kerugian bagi dirnya dan orang lain di tempat gig itu.
Dari rekaman video yang observer dapatkan menggambarkan, perilaku agresi mereka dimunculkan contohnya saat menerobos masuk ke dalam tempat gig. Di rekaman juga dapat dilihat perilaku agresi mereka saat gig dengan gerakan secara verbal maupun non verbal, seperti memaki panitia, mendorong-dorong, berteriak kepada petugas keamanan, dan menyoraki panitia.


DAFTAR PUSTAKA

Faturochman. (2006). Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Hudaniyah, Tri Dayakisni. (2003). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press
Nashori, Fuad. (2008). Psikologi Sosial Islami. Yogyakarta: PT Refika Aditama
Santrock. (1996). Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
http:/www.kaskus.us/showthread.php?t=433424.12/06/2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Punk.12/06/2009
http://hooll.multiply.com/journal/item/1.12/06/2009
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/netral.php aksi=hotlkp&pilih=one&idkap=004.12/06/2009

0 komentar:

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP