02 Februari 2009

HANCOCK: Ketika Superhero Bukan Lagi Menjadi “Hero”


Amerika, kampung halaman superhero.seperti kata Umberto Eco kembali meluncurkan sebuah film yang dibintangi oleh salah satu aktor papan atas Hollywood Will Smith dan diberi judul Hancock yang diproduksi Columbia Pictures. Film garapan sutradara Peter Berg ini, mengisahkan seputar kehidupan manusia yang memiliki kemampuan superhero tapi tengah dilanda perasaan frustasi dan bingung akan identitas dirinya.
Hancock, seorang superhero keling. Hancock memiliki kemampuan layaknya seorang Superman. Ia bisa terbang, berkulit baja, tidak mempan peluru, dan memiliki kekuatan luar biasa dahsyat. Dengan kemampuannya itu ia kerap membantu pihak kepolisian memberantas kejahatan. Anehnya, Hancock tidak disukai oleh masyarakat. Ia adalah seorang pemabuk, sering merusak properti orang lain, dan selalu menggunakan cara yang destruktif dalam memberantas kejahatan ia pun memiliki karakter yang kasar, kurang sopan dan agak urakan. sehingga ada saja kerusakan yang ditimbulkannya saat beraksi. Bisa dibilang kerugian yang ditimbulkan jauh nilainya melebihi kebaikannya dalam membantu polisi. Akibatnya, ia pun sering memperoleh kecaman dan cemoohan dari warga kota. Kehidupannya, yang serba tak terurus ini, tiba-tiba berubah, saat ia menyelamatkan nyawa Ray Embrey [Jason Bateman], seorang konsultan Public Relations yang nyaris tewas dihantam Kereta Api (KA), tatkala mobilnya terjebak di tengah perlintasan KA. Ray berniat membalas budi dengan mengubah citra Hancock di depan publik. Sebagai seorang praktisi humas, ia merasa bisa mengubah perilaku Hancock sampai menjadi pahlawan yang dicintai semua orang. Dibawanya, Hancock pulang bersamanya dan diperkenalkannya dengan istrinya, Mary [Charlize Theron], dan putranya, Aaron [Jae Head]. Dan dengan berat hati Hancock menerima ide dari Ray.
Mulai saat itulah alur kehidupan Hancock berubah. Memang tak mudah mengubah seseorang. Tetapi dengan niat yang kuat dan nasehat yang tepat niscaya apapun bisa diwujudkan. Dan itu dimiliki oleh Ray, Ray merasa yakin, Hancock dapat melakukan aksi penyelamatan tanpa melakukan perusakan dan menyarankannya, untuk menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. Tanpa lupa mengingatkannya, untuk mengurangi kebiasaannya minum miras. Dan, menempuh masa tahanan di penjara. Ray berharap, Hancock pun dapat mengubah perilaku buruknya itu menjadi baik. Selain itu, ia diwajibkan untuk ikut program rehabilitasi bagi para pecandu alkohol. Strategi Ray nyatanya berhasil. Ternyata, dari balik terali besi hotel prodeo, masyarakat kota Los Angeles rupanya, amat merindukan kehadiran Hancock. Pasalnya, hanya Hancock-lah yang mampu membuat para penjahat takut berkeliaran di kota. Selang beberapa pekan, mendekam dalam penjara, kepala polisi pun meneleponnya. Hancock diminta membantu menangkap penjahat yang tengah menyandera nasabah bank. Ia pun berhasil menumpas kejahatan, tanpa menimbulkan kerusakan. Hingga, masyarakat kembali mengelu-elukannya sebagai sang pahlawan.
Sayangnya, film ini kemudian memiliki twist yang sama sekali tidak sambung dengan premise awalnya. Mendadak muncul seorang superhero lain yang juga berkaitan dengan karakter Ray. Ia sontak menjadi titik puncak klimaks film ini. Berbagai adegan aksi baku hantam penuh spesial efek diumbar. Kisah awal yang cukup menjanjikan dari sisi humanis dan menawarkan sebuah penggambaran sarkastik tentang seorang superhero mendadak ditinggalkan. Seolah sang penulis skenario, produser, dan sutradara ingin menggabungkan dua premise yang berbeda dalam sebuah film.
Kelemahan ini terhitung cukup fatal. Semua adegan aksi yang mengikuti twist itu menjadi sangat hambar. Penyelesaian cerita pun dipaksakan untuk dipercepat. Buntutnya, film Hancok terasa tak lebih dari sebuah produk hasil pergumulan dua ide berbeda yang sama sekali tak mampu bersenyawa. Will Smith seperti biasa mampu menjadi jaminan box office. Ia pun sejauh ini mampu berjaya mendatangkan banyak pemasukan dari segala jenis genre film. Hancock bisa dipastikan terselamatkan oleh sosoknya. Meskipun mudah-mudahan namanya tidak begitu memudar karena

1 komentar:

Bang Mupi 12:40 AM  

setuju. Saya hanya suka satu jam pertama film ini, ketika naiknya popularitas Hancock malah nilai filmnya menjadi turun.

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP