16 Agustus 2008

Kenaikan BBM dan Mimpi Bersekolah


Kenaikan harga BBM yang disusul melonjaknya harga kebutuhan hidup dan biaya transportasi semakin dirasakan oleh keluarga miskin. Keberlanjutan sekolah anak-anak dari keluarga tidak mampu itu terancam karena orangtua mereka tidak sanggup menyediakan biaya transportasi dan membayar kewajiban lainnya.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebutkan, jumlah anak putus sekolah pada 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Data itu dihimpun dari kantor Komnas PA di 33 provinsi. Dibandingkan 2006, jumlahnya sekitar 9,7 juta anak. Berarti, ada kenaikan 20 persen pada 2007 sehingga menjadi 11,7 juta anak. Kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun 2007 terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 persen. Adapun di tingkat SD tercatat 23 persen. Sedangkan persentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA adalah 29 persen. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 persen. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun 2007 tak kurang dari 8 juta orang. Selain itu, pada 2007 ada 155.965 anak Indonesia hidup di jalanan. Sementara pekerja di bawah umur sekitar 2,1 juta jiwa. Komnas PA memprediksikan, kenaikan harga BBM akan menambah angka putus sekolah mencapai 15 juta (Suara Pembaruan/25/05/08).

Pasca kenaikan BBM, pemerintah berjanji menaikan berbagai berbagai macam bantuan selain BOS, biaya operasional pendidikan (BOP) dan bantuan reguler lainnya, Depdiknas akan menambah kucuran bantuan dana melalui beasiswa pelajar miskin. Nilainya untuk siswa SD Rp 360.000 per bulan dan SMP/SMA Rp 480.000 per bulan. Menurut Mendiknas dari 50 juta pelajar yang tercatat saat ini, , jumlah yang akan terkena dampak langsung dari kenaikan harga BBM sekitar 17 persen (atau 8,5 juta). Jumlah tersebut di luar siswa miskin yang selama ini sudah tercatat dan mendapatkan bantuan beasiswa.

Pendidikan sebagai pilar pencerdasan (soko guru) bangsa, mengisi kemerdekaan, hanya akan menjadi mata pelajaran dan materi wajib yang tidak terimplementasikan dengan baik. Pendidikan yang diimpikan oleh sebagian besar anak-anak di level marjinal untuk dapat mengangkat harkat dan martabat keluarga hanya dapat menjadi penghibur dan mimpi di siang bolong.. Akibat kenaikan harga BBM, sekitar 8,5 juta pelajar Indonesia terancam putus sekolah. Mereka terdiri atas siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa. Jadi, Lonjakan harga-harga kebutuhan hidup seiring naiknya harga BBM jangan sampai memburamkan mimpi indah anak-anak untuk mengenyam pendidikan.


(Huzaifah Hamid Ketua Umum HMJ Biologi UMM 2008-2009)

0 komentar:

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP